Ada kalanya berita yang kita baca di layar ponsel terasa seperti menampar dada sendiri. Seorang pengemudi ojek online, muda usianya, penuh harapan, tiba-tiba pergi dengan cara yang begitu tragis: terlindas kendaraan taktis di tengah hiruk-pikuk demonstrasi di Jakarta. Namanya Affan Kurniawan, 21 tahun, tulang punggung keluarga.
Kita bisa berdebat panjang tentang siapa salah siapa benar, tentang prosedur keamanan, jarak pandang pengemudi rantis, atau kesigapan aparat di lapangan. Tapi di luar semua itu, yang paling nyata dan sederhana adalah: ada seorang anak manusia yang pulang lebih cepat dari waktunya. Ada sebuah keluarga yang kehilangan, ada rekan-rekan yang merasakan perih, ada masyarakat yang terdiam—dan pilu.
“Affan Kurniawan, 21 tahun, driver ojol, tulang punggung keluarga. Ia sudah tiada, tapi kisahnya mengingatkan kita: setiap orang di jalan layak pulang selamat.”
Di jalanan kota besar, kita sering berpikir bahwa semua hanya tentang lalu lintas, kendaraan, arah, dan kecepatan. Kita lupa bahwa di balik helm ojol ada wajah muda yang menanggung harapan. Di balik setir rantis ada seseorang yang juga manusia, membawa tugas berat. Dan di trotoar, ada ribuan pasang mata yang menyaksikan sejarah kecil yang kelak tercatat dalam ingatan bersama.
Mungkin inilah yang ingin kita renungkan bersama: betapa rapuhnya hidup, betapa cepatnya semua bisa berubah dalam satu detik. Dan betapa seringnya kita menganggap biasa orang-orang yang setiap hari sebenarnya menjaga alur hidup kota: para ojol yang mengantarkan makanan, mengantar anak sekolah, atau sekadar menemani perjalanan pulang yang sepi.
“Kita tak bisa mengubah peristiwa yang sudah terjadi. Tapi kita bisa belajar untuk lebih peka, lebih hati-hati, lebih menghargai hidup.”
Affan tidak lagi ada bersama kita. Tapi kisahnya meninggalkan jejak: bahwa setiap jiwa di jalanan—entah ia pengemudi ojol, sopir truk, petugas keamanan, atau pejalan kaki—layak dihormati, layak dijaga, layak disayangi. Jalanan bukan sekadar ruang beton, melainkan ruang perjumpaan manusia dengan segala kerentanannya.
Kita tak bisa mengubah peristiwa yang sudah terjadi. Tapi kita bisa memeluk nilai dari kepergiannya. Kita bisa belajar untuk lebih hati-hati, lebih peka, lebih menghargai hidup, sekecil apa pun peran seseorang di sekitar kita. Karena di balik deru mesin dan hiruk suara klakson, selalu ada jiwa yang ingin pulang selamat.
Hari ini, jalanan Jakarta menjadi saksi sebuah kehilangan dan perjuangan. Semoga ia juga menjadi pengingat bahwa di antara kita, tak ada yang benar-benar kebal dari rapuhnya hidup. Semoga doa kita sampai pada Affan, semoga keluarganya diberi kekuatan, dan semoga jalanan ke depan lebih aman bagi siapa pun yang melintasinya.