Mantan Gubernur Jawa Barat Letjen TNI (Purn) Solihin GP meninggal dunia pada Selasa (5/3/2024) dini hari sekitar pukul 03.09 WIB. Pria yang karib disapa Mang Ihin itu meninggal saat dalam perawatan di RS Advent, Kota Bandung.
Rencananya almarhum akan dibawa ke rumah keluarga besar di Jl Cisitu Indah, Dago, Bandung pada pukul 07.00 – 09.00 WIB. Kemudian, jasad almarhum akan dibawa ke Mako II Kodam III Siliwangi di Jl Sumbawa No 22 Bandung sekitar pukul 09.30 hingga 12.30 WIB.
“Rencananya akan dimakamkan di TMP Cikutra, sekitar pukul 13.30 WIB,” kata sumber tersebut.
Solihin GP lahir pada 21 Juli 1926, ia merupakan mantan perwira TNI yang pernah menjabat sebagai Gubernur Jabar pada 1970 sampai 1975. Dikutip dari berbagai sumber, ia mengawali karier militernya ketika masa revolusi sebagai komandan Tentara Keamanan Rakyat Kabupaten Bogor, kemudian bergabung dengan Divisi Siliwangi.
Salah satu kiprahnya yang mencuat, yakni ketika ia mengatasi krisis pangan di Indramayu dengan memasyarakatkan padi yang disebut dengan gogo rancah.
Ia juga dikenal sebagai sesepuh Jawa Barat dan Siliwangi, pejuang lingkungan dan pendiri Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS).
Pengangkatan Menjadi Pangdam Hasanuddin

Saat Panglima Kodam XVI Hasanuddin Kolonel M Jusuf datang ke Makassar, Sulawesi Selatan, Solihin GP diajak ke Jakarta untuk ikut dalam suatu acara syukuran penunjukannya sebagai menteri, bulan Juni 1965 ketika Presiden Soekarno menyempurnakan Kabinet Dwikora.
Jusuf yang saat itu masih berstatus Pangdam Hasanuddin diangkat sebagai Menteri Perindustrian sehingga praktis dia merangkap jabatan. Status menteri dan pangdam itu dijalaninya hingga terjadi peristiwa G30S/PKI. Menpangad yang baru Letjen Soeharto mengakhiri jabatan Jusuf sebagai pangdam.
Bagi Jusuf, Solihin bukan orang asing. Guru SSKAD pada kurun 1954-1956 di Bandung itu merupakan perwira tempur yang turut terlibat dalam operasi penumpasan Kahar Muzakkar di Sulawesi Selatan.
Operasi militer panjang itu dipimpin Jusuf sebagai pemegang tongkat komando teritorial Sulsel. Saat Soeharto menanyakan calon penggantinya, Jusuf merekomendasikan nama Solihin.
Kendati demikian, Jusuf tak sekali pun memberitahukan hal tersebut kepada bawahannya itu. Tidak heran Solihin ogah-ogahan ketika hendak diajak ke Jakarta.
“Ah, tidak usah saja Pak. Itu kan acara untuk Bapak,” ujar Solihin dikisahkan Atmadji Sumarkidjo dalam buku ‘Jenderal M Jusuf: Panglima Para Prajurit’.
Jusuf tentu saja tidak mau ajakannya ditolak. Dia kembali memerintahkan secara tegas. “Tidak, kau harus ikut,” kata mantan ajudan pendiri Kesko TT (cikal bakal Kopassus) Kolonel Alex Kawilarang ini.
Solihin juga pernah menjadi Panglima Kodam XIV/Hasanuddin, Makassar periode 1964-1968