Wartakita.id POSO – Bupati Poso, Sulawesi Tengah, Darmin A. Sigilipu, membuka Festival Kawaninya Gerhana Matahari Total (GMT), yang dipusatkan di Desa Kalora, Kecamatan Poso Pesisir Utara, Selasa, (08/03/2016). Festival ini menyajikan berbagai jenis tarian dan lagu daerah setempat selama dua hari, yakni pada 8-9 Maret 2016.
Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Poso, kesuksesan pelaksanaan kegiatan dalam menghadapi fenomena langka ini, akan menjadi momentum untuk membuktikan kepada masyarakat Indonesia dan dunia, bahwa Poso merupakan daerah yang aman untuk dikunjungi.
Hal sama juga diutarakan Wakil Bupati Poso, T. Samsuri. Harapannya, dengan adanya jaminan keamanan, maka wisatawan akan semakin tertarik mendatangi Poso.
“Kami berharap wisatawan akan banyak datang, baik dari dalam negeri sendiri maupun dari luar negeri, tanpa perlu merasa khawatir. Poso aman untuk dikunjungi siapapun,” yakin Samsuri.
Berdasarkan data yang dikeluarkan lembaga Observatorium Bosscha, Institut Teknologi Bandung dan LSM Institut Mosintuwu, Poso merupakan daerah terlama yang merasakan fenomena alam tersebut. Durasi totalitas GMT di Desa Kalora ini diperkirakan terjadi sekitar 2 menit 52 detik. Hal ini menjadikannya sebagai lokasi GMT secara nasional karena menjadi titik terbaik untuk pengamatan.
“Gerhana Matahari Total terlama itu justru berada di wilayah kita, di Kabupaten Poso dengan durasi 2 menit 52 detik,” jelas Lian Gogali dari Institut Mosintuwu.
Kesempatan ini, menurut Lian, mesti bisa menjadi pintu masuk untuk memperkenalkan identitas Poso pada wisatawan asing dan domestik.
Terkait Festival Kawaninya, Putera menceritakan, festival ini akan dikemas menjadi kegiatan khusus untuk mengenalkan tradisi nenek moyang Kabupaten Poso.
Kawaninya berasal dari kata ‘wani’, yang dalam bahasa Pamona berarti gelap gulita. Tradisi leluhur Poso mengisahkan, peristiwa gerhana Matahari akan diiringi tabuhan masyarakat desa, yang mengharapkan kehadiran matahari kembali bagi kehidupan.
Penyelenggara kegiatan Festival Kawaninya berkeinginan agar setelah penyelenggaraan festival, wisatawan akan memiliki alasan untuk kembali mengunjungi Poso, walaupun sudah tidak ada fenomena GMT.