Sumba, Nusa Tenggara Timur. Permasalahan pendidikan di Indonesia cukup kompleks. Dalam paparan Anies Baswedan sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan di tahun 2014, Indonesia dinyatakan mengalami gawat darurat pendidikan.
Berdasarkan berbagai penelitian internasional, seperti PISA 2012, UNESCO 2012, The Learning Curve dan lain-lain, mutu pendidikan Indonesia tergolong rendah bila dibandingkan negara-negara lain. “Persoalan rendahnya mutu pendidikan ini harus dicari akar masalahnya secara lokal dan harus segera dipecahkan berdasarkan prioritas,” ujar Gerson Naru, salah seorang Fasilitator Daerah program pendidikan INOVASI untuk daerah Sumba Timur, 13 Des 2017.
Pak Gerson adalah salah satu dari 30 Fasiliator Daerah INOVASI lainya yang berasal dari Sumba Barat, Sumba Timur, Sumba Barat Daya. Gerson akan mengobservasi permasalahan pendidikan, terkhusus pembelajaran di kelas sebagai bagian dari proses pemecahan masalah pendidikan dengan menggunakan pendekatan PDIA (Problem Driven Iterative Adaptation). Sebuah pendekatan untuk menemukan solusi yang relevan dengan konteks permasalahan lokal, melalui proses iterasi atau kaji ulang dan adaptasi.
Di Sumba Timur, jumlah FASDA yang tugasnya pertamanya mengeskplorasi masalah pembelajaran kelas ini ada 10 orang. Mereka telah dilatih pendekatan PDIA selama tiga hari. Untuk menguatkan hasil pelatihan tersebut, selang beberapa hari, mereka juga diajak untuk merefresh kembali materi pelatihan. Mereka juga praktik langsung terjun ke sekolah mengeksplorasi masalah.
Praktik latihan tahap eksplorasi ini dilakukan dengan observasi proses pembelajaran di kelas, mengamati guru saat mengajar, dan akhirnya wawancara mengurai masalah-masalah yang dihadapi guru dalam pembelajaran. “Praktik hari ini dilakukan, supaya kita lebih terlatih mengeksplorasi dan meneliti masalah, sebelum pada akhirnya benar-benar melakukan observasi di lapangan,” ujar Gerson, yang berpraktik eksplorasi di SDN Hambuang, Hambuang Sumba Timur.
Menurut Maria Yosefa Ami Primawardani, Fasilitator Kabupaten Sumba Timur, selama praktik eksplorasi, banyak masalah ditemukan di sekolah, “Selama pengamatan di kelas, kita temui beberapa masalah, misalnya, guru kurang menguasai materi pembelajaran. Dengan wawancara yang kita lakukan, kita mendapatkan jawaban mengapa guru kurang menguasai materi. Apa penyebabnya. Itu hanya salah satu contoh saja,” ujarnya.
Para Fasilitator Daerah program ini merupakan orang orang yang terpilih. Mereka telah diseleksi oleh tim INOVASI dan juga tim dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sumba. Pak Gerson Kepala Sekolah SD Inpres Umamapu merupakan finalis kepala sekolah berprestasi tingkat nasional utusan NTT, Yanto Ndamung Agape kepala sekolah SD Kristen Kasih Agape merupakan kepala sekolah berprestasi tingkat Kabupaten. Demikian juga yang lainnya.
Hironamus Sugi, Provincial Manager INOVASI untuk Sumba, berharap sekolah-sekolah yang akan dieksplorasi masalah pembelajarnnya, memberikan data apa adanya. “Tahap eksplorasi ini adalah tahap untuk mencari masalah yang akan kita pecahkan bersama. Jadi bukan untuk menilai mutu pembelajaran di sekolah tersebut. Fakta-fakta yang benar dan disampaikan dengan jujur akan memudahkan kita bersama-sama mencarikan solusi yang tepat,” ujarnya.
Program INOVASi merupakan program pendidikan yang didanai oleh DFAT (Department of Foreign Affair and Trade) Pemerintah Australia bekerjama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI dan Pemerintah Daerah sedaratan Sumba. Di Sumba NTT, program ini dimulai pada bulan Juni 2017.