Wartakita.id, PADANG — Hujan yang tak henti mengguyur sejak sepekan terakhir mengubah wajah Sumatera Barat menjadi kelabu. Hingga Kamis (27/11/2025) siang, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mencatat sedikitnya 13 dari 16 kecamatan di wilayah ini lumpuh diterjang bencana hidrometeorologi.
Bukan sekadar genangan air, ini adalah krisis multidimensi. Mulai dari jalur distribusi logistik yang terputus di Pasar Usang, Padang Pariaman, hingga jerit tangis keluarga di kawasan elit Luminpark Cluster, Kota Padang.
Tragedi di Kawasan Elit
Banjir kali ini tidak pandang bulu. Di perumahan elit Luminpark Cluster, Lubuk Minturun, yang biasanya aman, air bah datang tanpa permisi. Kepala Pelaksana BPBD Kota Padang, Hendri Zulviton, mengonfirmasi data yang menyayat hati.
“Tiga jenazah dievakuasi dari Luminpark. Total sementara ada lima korban jiwa yang kini berada di RSUD Padang,” ungkap Hendri, Kamis (27/11). Tim SAR gabungan masih berjibaku melakukan penyisiran, di tengah rumor simpang siur mengenai nasib seorang bayi yang dikabarkan terseret arus di kawasan Koto Panjang.
Jalur Nadi Putus, Logistik Terancam
Di lapangan, dampak ekonomi mulai terasa mencekik. Jalan Nasional Padang-Bukittinggi, urat nadi ekonomi Sumbar, lumpuh total di titik Pasar Usang, Kecamatan Batang Anai. Sungai Batang Anai yang meluap menenggelamkan aspal dengan ketinggian 50 sentimeter lebih.
Doni, seorang sopir truk pengangkut 500 tabung LPG subsidi, hanya bisa pasrah. Truknya terparkir mati sejak pukul 07.00 WIB. “Mau dipaksakan pun risiko. Ini gas untuk warga di Biaro, Agam. Kalau saya tak sampai, di sana pasti langka,” ujarnya dengan wajah lelah.
Situasi serupa terjadi di jalur alternatif Malalak dan Palembayan yang tertutup longsor, membuat akses Padang menuju Bukittinggi dan Pasaman Barat nyaris terisolasi total.
Peringatan Keras BMKG: “Ini Belum Selesai”
Mengapa banjir ini begitu masif? Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Minangkabau, Desindra Deddy Kurniawan, menunjuk bibit siklon tropis 95B di Selat Malaka sebagai biangnya.
“Pola pertemuan angin dan Indeks Ocean Dipole negatif meningkatkan suplai uap air secara drastis. Atmosfer kita sangat labil,” jelas Desindra. Ia mengeluarkan peringatan keras: potensi cuaca ekstrem ini masih akan mengintai warga Sumbar setidaknya hingga 29 November 2025.
Bagi warga Sumbar, tiga hari ke depan adalah masa krusial. Pemerintah mengimbau warga untuk tetap waspada dan menjauhi titik rawan longsor serta bantaran sungai.























