Waspada Modus Penipuan Baru Paket Ekspedisi: Kasus Ninjavan dan Tips Melindungi Diri
Di era digital yang semakin berkembang, belanja online menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Indonesia, terutama menjelang momen seperti Lebaran. Namun, kemudahan ini sering disusupi ancaman penipuan, seperti yang dialami oleh pengguna X, @wuyosang, pada 16 Maret 2025. Dalam thread-nya, @wuyosang membagikan pengalaman hampir menjadi korban modus penipuan baru yang mengatasnamakan ekspedisi Ninjavan. Modus ini melibatkan pesan WhatsApp yang mengklaim paket pengiriman tertukar, diikuti permintaan untuk memindai barcode yang ternyata mengarahkan ke transfer dana sebesar Rp3 juta—nominal jauh lebih besar dari nilai paket asli.
Modus ini dimulai dengan pesan yang tampak sahih dari akun yang mengaku sebagai perwakilan Ninjavan. Pelaku menawarkan pengembalian dana dengan syarat memindai barcode, tetapi ternyata barcode tersebut adalah jebakan untuk menguras saldo rekening korban. @wuyosang, yang awalnya panik dan mudah terpengaruh karena ancaman tagihan berjuta-juta melalui paylater TikTok, akhirnya menyadari penipuan setelah beberapa kali mencoba melindungi akun media sosialnya dari upaya peretasan. Pelaku bahkan menggunakan suara lain dalam panggilan telepon, mengindikasikan adanya komplotan yang terorganisir.
Kasus ini relevan dengan tren penipuan e-commerce di Indonesia, yang menurut data cekrekening.id pada 2021 mencatat 115.756 kasus, meskipun angka ini menurun dari tahun sebelumnya. Penipuan melalui platform seperti WhatsApp dan media sosial, seperti yang dijelaskan dalam laporan ASLI RI pada November 2023, sering memanfaatkan kepercayaan konsumen terhadap layanan pengiriman ternama. Ninjavan sendiri, seperti tercatat di situs resminya (ninjavan.co), telah memperingatkan masyarakat tentang scam COD (Cash on Delivery) dan pesan WhatsApp palsu yang mengatasnamakan mereka, menunjukkan bahwa pelaku sering kali berbasis di luar negeri dan memanfaatkan jasa pengiriman pihak ketiga.
Untuk melindungi diri, literasi digital menjadi kunci. Pertama, selalu verifikasi informasi melalui kanal resmi perusahaan, seperti situs atau nomor kontak yang terdaftar di Ninjavan. Kedua, jangan pernah memindai barcode atau mengklik link dari pesan yang tidak jelas asalnya. Ketiga, gunakan aplikasi seperti GetContact untuk memeriksa nomor telepon mencurigakan. Keempat, waspadai tekanan emosional seperti ancaman atau janji cepat—seperti yang dialami @wuyosang—yang sering digunakan pelaku untuk memanfaatkan kecemasan korban.
Menjelang Lebaran 2025, ketika aktivitas belanja online melonjak, masyarakat perlu lebih waspada. Menurut prediksi McKinsey (2020), ekonomi digital Indonesia diperkirakan mencapai USD150 miliar pada 2025, tetapi pertumbuhan ini juga meningkatkan risiko penipuan. Dengan literasi digital yang kuat, masyarakat dapat mengenali pola penipuan dan melindungi data pribadi.
Kasus @wuyosang adalah pengingat bahwa penipuan tidak hanya merugikan finansial, tetapi juga dapat mengancam keamanan digital, seperti upaya peretasan akun TikTok. Mari tingkatkan kesadaran bersama untuk membangun ekosistem digital yang aman.