Selesai dengan absurditas cinta dan beragam emosi lainnya, kini saatnya realistis. Saling mencintai tidak selalu berujung dengan pernikahan, namun pernikahan tanpa kecocokan dan tanpa kemampuan beradaptasi dengan perbedaan akan sulit untuk bertahan.
Bisa dimulai dengan mencari jawaban 14 pertanyaan teknis berikut bersama calon pasangan hidup. Pertanyaan-pertanyaan ini bila tidak dijawab sebelum melangkah ke pernikahan, akan menyita seluruh usia pernikahan untuk mencari jawabannya.

Pertanyaan ini mungkin pribadi atau tabu bagi seseorang, namun kejutan-kejutan jawabannya lebih bisa diterima ketimbang masuk ke dalam gerbang pernikahan tanpa antisipasi.
1. Melempar piring, memukul meja dianggap biasa saja di keluargamu?
Hubungan yang sukses didasari pada bagaimana kita berkomitmen dengan perbedaan-perbedaan. Kita adalah pribadi yang (sebagian besar) terbentuk oleh lingkungan keluarga. Dan pernikahan adalah penyatuan dua buah keluarga.
2. Punya anak yuk? Ikut ganti popok kan?
Pertanyaan akan punya anak dan siap mengganti popok harus dijawab dengan jujur. Jangan menjawab hanya karena ingin menyenangkan hati pasangan. Sebelum menikah, calon pasangan mestinya berdiskusi terbuka jika mereka atau hanya salah satu dari mereka ingin memiliki anak, hingga berapa anak? Atau bila ingin menunda memiliki anak, cara bagaimana yang akan dipilih untuk mengatur kehamilan.
Bisa karena malu, atau kurang menaruh perhatian dan gairah pada misteri hubungan romantis, banyak pasangan yang menghindari pertanyaan sulit yang justru akan menjadi pondasi dari hubungan jangka panjang sebuah pernikahan yang stabil.
Sebagai tambahan, bila ingin menikahi seseorang yang akan melahirkan atau membesarkan anak-anak kelak dan membangun kehidupan yang damai, pertimbangkan menikahi pasangan yang bisa posisikan dirinya sebagai sahabat dan orang kepercayaan. Kondisi lucu tapi romantis bisa lahir dari pasangan demikian. Sebagian dari tayangan film Hollywood menggambarkan bagaimana keadaan tersebut.
Sungguh, ada banyak pertanyaan yang sebaiknya didiskusikan sebelum melangkah ke pernikahan, yang bisa membantu dan meyakinkan bahwa pernikahan kelak akan cocok dan baik. Tapi sebagian besar tidak mau menghadapinya di depan. Mereka lebih suka menjawab setelah menikah. Mestinya setelah menikah, pertanyaan-pertanyaan sensitif yang bisa menggoyahkan hubungan tidak perlu lagi dibahas dengan pasangan. Tanyakan sebelumnya, atau diam selamanya.
3. Para mantan akan membantu atau malah nyusahin?
Banyak orang yang menghindari percakapan tentang masa lalu, karena kuatir dicemburui dan dihakimi. Bicarakan masa lalu sebelum melangkah ke gerbang memang beresiko, namun tidak membicarakannya karena tidak mau dihakimi atau dicemburui juga salah. Bila masa lalu pasangan, atau masa lalu sendiri dianggap bisa menjadi pengganjal, lebih baik bicarakan sebelumnya.
Semua orang pernah memiliki kehidupan masa lalu sebelum melangkah ke gerbang pernikahan.
Pernikahan hanya untuk sepasang manusia, belum pernah ada malaikat menikahi manusia, atau manusia dengan iblis, hindari menghakimi, cemburu mungkin masih manusiawi selama tidak destruktif.
Mengapa ingin mengubah masa lalu yang sudah terjadi bila di depan masih ada kertas kosong yang bisa direncanakan lebih baik sejak sekarang.
4. Seberapa penting agama? Berburu Hilal di mana?

Tidak hanya untuk pasangan dengan latar belakang agama berbeda, pertanyaan ini juga berlaku bagi pasangan yang seagama.
5. Hutangmu, hutangku, hutang kita atau hutang negara?
Amat penting untuk mengetahui bagaimana calon pasangan memandang soal keuangan. Banyak pernikahan yang gagal karena sejak awal tidak mendiskusikan keuangan bersama atau keuangan keluarga. Padahal termasuk faktor krusial kelangsungan sebuah hubungan.
6. Beli mobil, lensa, sofa, atau sepatu?
Calon pasangan harus memastikan mereka memandang keuangan dari sudut yang sama. Pertanyaan ini akan membantu untuk memulai diskusi sebelum saling memahami tentang keuangan.
7. Masih boleh asyik sendiri?
Meski menuju pernikahan, masih banyak orang yang tetap menjaga wilayah otonominya seolah sedang berhubungan dengan rekan atau sahabat, bukan pasangan hidup. Mereka cenderung tidak ingin berbagi hobi dan teman.
Pertanyaan ini menjadi pengantar untuk menyamakan persepsi masing-masing calon pasangan terhadap “privasi”. Namun, tidak bisa dipungkiri walaupun telah menikah, terkadang ada waktu yang memang hanya ingin sendiri. Pahami sebagai keinginan untuk berkontemplasi, bukan ingin menyingkirkan pasangan.
8. Bisakah saling menerima kondisi kedua orang tua kita?
Selama sebuah pasangan bersama dan menyatu, konflik dengan keluarga pasangan akan bisa diatasi. Posisi dirinya sebagai anak dari sebuah keluarga, tidak lebih besar prioritasnya dari posisinya sebagai seorang pasangan.
Mempertimbangkan dan memahami kelebihan sekaligus kekurangan orang tua pasangan akan sangat membantu mengatasi hal ini.
9. Seberapa penting hubungan seks buatmu?
Di masa kini, banyak pasangan yang berharap pasangannya bisa memberikan pengalaman yang indah. Untuk yang calon pasangan yang belum pernah menikah atau yang pernah menikah, membicarakan seks amat perlu.
10. Masih boleh kan menggoda orang lain?
Beberapa orang memang suka menggoda lawan jenis, walau tanpa ketertarikan seksual. Kesukaan menggoda lawan jenis bila terdapat pada pasangan sebaiknya didiskusikan.
11. Tahukah caraku menyatakan “cinta”?

Buku “Lima Bahasa Cinta” yang ditulis Gary Chapman’s 1992 membuat kategori ekspresi cinta yang bisa menguatkan pernikahan. 5 bahasa cinta dalam buku tersebut:
- Penegasan, bisa dengan mengungkapkan cinta secara berkala;
- Waktu bersama dan berkualitas;
- Saling memberi dan menerima hadiah;
- Melayani dengan hati, dan;
- Sentuhan-sentuhan fisik.
12. Apa yang mengagumkan dari saya? Siapa yang memberi makan ikan?
Bagaimana menunjukkan kekaguman yang wajar? Bagaimana bentuknya? Dan apa pun jawaban dari pertanyaan pertama tersebut, itu tidak dibutuhkan dalam pernikahan, maaf.
Calon pasangan mestinya lebih fokus pada pertanyaan kedua. Karena pernikahan adalah komitmen hidup bersama, bukan soal saling mengagumi semata.
Pernikahan jauh lebih dalam dari sepasang orang yang saling mengagumi.
13. Bagaimana ‘kita’ 10 tahun nanti?
Menjawab pertanyaan ini dan menjaganya selalu akan membantu pasangan dalam menghadapi konflik, karena pernikahan mereka akan terus diingatkan bahwa ada tujuan utama pernikahan yang harus mereka raih bersama.
Pertanyaan yang akan memberi gambaran di masa datang, adakah kemungkinan bercerai di kemudian hari, bila ada bisakah diatasi sekarang atau tidak peduli apapun, pernikahan harus tetap dipertahankan demi mencapai tujuan bersama?
14. Maukah menikah denganku?
Setelah selesai dengan 13 pertanyaan sebelumnya, pastikan calon pasangan masih menjawab pertanyaan ke-14 dengan, “Iya, aku mau.”