Meningkatnya kesadaran global akan perubahan iklim global dan keharusan segera beralih ke sumber energi yang lebih bersih, membuat Indonesia berkomitmen untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060.
PERTAMINA memainkan peran penting dalam mencapai target ini. Melalui berbagai inisiatif yang berfokus pada dekarbonisasi, carbon offset, dan pengembangan bisnis energi hijau, tidak hanya bertujuan untuk mengurangi jejak karbon, tetapi juga untuk berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan dan sosial.
Dalam upaya global untuk mengatasi perubahan iklim, Indonesia telah berkomitmen untuk mencapai target Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060. Sebagai perusahaan energi nasional, Pertamina memiliki peran krusial dalam transisi menuju masa depan yang lebih berkelanjutan. Melalui berbagai inisiatif lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG), tidak hanya mengurangi jejak karbonnya, tetapi juga menciptakan nilai tambah bagi masyarakat dan lingkungan. Pertamina menegaskan komitmennya dalam pencapaian Net Zero Emissions (NZE) di Indonesia pada 2060 dengan prinsip keterjangkauan dan kewajaran.
Strategi Dekarbonisasi Pertamina
Dekarbonisasi adalah proses mengurangi emisi karbon dioksida dari berbagai aktivitas industri, termasuk produksi dan konsumsi energi. PERTAMINA telah mengembangkan berbagai inisiatif dan merumuskan strategi dekarbonisasi yang komprehensif untuk mendukung proses mencapai target NZE 2060, meliputi:
- Pengurangan Emisi dari Operasional: PERTAMINA berkomitmen untuk mengurangi emisi dari fasilitas produksi dan distribusi energi. Salah satu langkah yang diambil adalah meningkatkan efisiensi energi dalam operasional kilang dan pembangkit listrik. Melalui optimasi proses produksi, penggunaan teknologi yang lebih efisien, dan pengelolaan energi yang cerdas, Pertamina berhasil mengurangi konsumsi energi dan emisi karbon secara signifikan.
- Implementasi Teknologi Penangkapan Karbon (CCS/CCUS): PERTAMINA juga berinvestasi dalam teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon untuk mengurangi emisi dari proses pembakaran bahan bakar fosil. Teknologi ini memungkinkan perusahaan untuk menangkap emisi karbon dioksida yang dihasilkan dan menyimpannya di lokasi yang aman, sehingga tidak dilepaskan ke atmosfer.
- Transisi ke Energi Terbarukan: PERTAMINA berupaya untuk beralih dari sumber energi fosil ke energi terbarukan, seperti tenaga surya, angin, dan biomassa. Dengan mengembangkan proyek-proyek energi terbarukan, PERTAMINA tidak hanya mengurangi jejak karbon tetapi juga mendukung diversifikasi sumber energi nasional.
Program Carbon Offset yang Inovatif
Selain mengurangi emisi langsung, Pertamina juga terlibat dalam berbagai program carbon offset untuk mengimbangi emisi yang tidak dapat dihindari. Beberapa inisiatif yang telah dilakukan antara lain:
- Rehabilitasi Hutan Mangrove dan Penanaman Pohon: Pertamina bekerja sama dengan masyarakat lokal untuk merehabilitasi hutan mangrove, yang memiliki kemampuan menyerap karbon yang tinggi, berpartisipasi dalam proyek rehabilitasi hutan dan penanaman pohon untuk meningkatkan kapasitas serapan karbon dioksida. Proyek ini tidak hanya membantu mengurangi emisi, tetapi juga berkontribusi pada konservasi keanekaragaman hayati dan perlindungan ekosistem.
- Program Renewable Energy Credits (RECs): PERTAMINA juga terlibat dalam program Renewable Energy Credits, di mana perusahaan membeli kredit dari proyek energi terbarukan yang mampu mengurangi emisi karbon. Ini membantu mendukung pengembangan energi terbarukan dan memberikan insentif bagi proyek-proyek tersebut.
- Program Kemitraan Konservasi: Melalui kemitraan dengan organisasi konservasi, Pertamina mendukung berbagai proyek pelestarian keanekaragaman hayati, seperti perlindungan hutan hujan tropis.
- Sertifikat Energi Terbarukan: Pertamina membeli sertifikat energi terbarukan (Renewable Energy Certificates/RECs) untuk mendukung pengembangan proyek-proyek energi bersih di seluruh dunia.
Pengembangan Bisnis Energi Hijau
Sebagai bagian dari upaya untuk mencapai NZE 2060, PERTAMINA juga fokus pada pengembangan bisnis energi hijau. Ini mencakup berbagai inisiatif yang mendorong penggunaan sumber energi terbarukan dan teknologi ramah lingkungan.
Inisiatif Energi Terbarukan
- Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya: PERTAMINA telah meluncurkan proyek PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) di beberapa lokasi strategis di Indonesia. Proyek ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan kapasitas energi terbarukan nasional tetapi juga mengurangi ketergantungan pada sumber energi fosil.
- Energi Biofuel: PERTAMINA juga mengembangkan bisnis biofuel yang memanfaatkan limbah nabati dan minyak jelantah untuk menghasilkan bahan bakar alternatif. Selain mengurangi emisi, bisnis ini memberikan peluang ekonomi bagi petani dan masyarakat lokal.
- Geothermal Energy: Dengan potensi geotermal yang sangat besar di Indonesia, PERTAMINA berinvestasi dalam pengembangan energi geotermal. Proyek geotermal tidak hanya menyediakan sumber energi bersih tetapi juga menciptakan lapangan kerja dan mendukung perekonomian lokal.
Teknologi dan Inovasi dalam Energi Hijau
PERTAMINA terus berinovasi dalam teknologi untuk mendukung transisi ke energi hijau. Ini termasuk penelitian dan pengembangan dalam teknologi penyimpanan energi, pengolahan limbah menjadi energi, dan sistem manajemen energi yang lebih efisien. Dengan mengadopsi teknologi baru, PERTAMINA berusaha untuk meningkatkan efisiensi operasional dan mengurangi dampak lingkungan.
Pertamina terus mengembangkan bisnis energi hijau dengan fokus pada:
- Bioenergi: Produksi biofuel dari minyak sawit berkelanjutan dan limbah pertanian merupakan salah satu fokus utama Pertamina.
- Hidrogen: Pertamina melakukan penelitian dan pengembangan teknologi hidrogen sebagai bahan bakar masa depan yang bersih.
- Elektrifikasi: Pertamina mendukung pengembangan infrastruktur pengisian kendaraan listrik dan memproduksi baterai listrik.
Kolaborasi dan Kemitraan
Pertamina menyadari bahwa transisi energi membutuhkan kolaborasi yang kuat dengan berbagai pemangku kepentingan. Perusahaan telah menjalin kemitraan dengan pemerintah, lembaga penelitian, perusahaan teknologi, dan masyarakat sipil untuk mencapai tujuan bersama. Beberapa contoh kolaborasi yang telah dilakukan antara lain:
- Kemitraan dengan startup: Pertamina bekerja sama dengan startup teknologi untuk mengembangkan solusi inovatif dalam bidang energi terbarukan.
- Kerjasama dengan universitas: Pertamina menjalin kerja sama dengan universitas untuk melakukan penelitian bersama dan pengembangan sumber daya manusia.
- Partisipasi dalam forum internasional: Pertamina aktif terlibat dalam forum internasional untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman serta menjalin jaringan dengan perusahaan energi lainnya. Pertamina juga berpartisipasi aktif dalam B20. Peran task force energi, keberlanjutan, dan iklim dalam B20 adalah untuk berbagi pandangan dunia usaha untuk mendukung agenda transisi energi melalui rekomendasi kebijakan kepada para pemimpin G20
Capaian, Tantangan dan Peluang
Capaian PERTAMINA dalam Program ESG
Dalam beberapa tahun terakhir, PERTAMINA telah mencapai berbagai pencapaian penting dalam program Environmental, Social, and Governance (ESG). Ini termasuk:
- Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca: PERTAMINA telah melaporkan penurunan emisi gas rumah kaca yang signifikan sebagai hasil dari inisiatif dekarbonisasi dan peningkatan efisiensi energi.
- Investasi dalam Energi Terbarukan: PERTAMINA telah meningkatkan investasi dalam proyek-proyek energi terbarukan, dengan target proporsi energi terbarukan dalam total energi yang dihasilkan mencapai 30% pada tahun 2030.
- Peningkatan Keterlibatan Stakeholder: PERTAMINA aktif menjalin kemitraan dengan masyarakat, pemerintah, dan organisasi non-pemerintah untuk mendukung program-program keberlanjutan dan ESG.
Tantangan dalam Implementasi
Meskipun telah mencapai beberapa keberhasilan, PERTAMINA menghadapi beberapa tantangan dalam perjalanan menuju NZE 2060:
- Regulasi dan Kebijakan: Kebijakan dan regulasi yang belum sepenuhnya mendukung transisi energi dapat menghambat upaya PERTAMINA dalam mencapai target NZE. Kerjasama dengan pemerintah diperlukan untuk menciptakan kerangka kerja yang mendukung.
- Pendanaan dan Investasi: Investasi dalam teknologi baru dan proyek energi terbarukan memerlukan dana yang signifikan. Transisi energi membutuhkan investasi yang signifikan dalam teknologi baru dan infrastruktur. PERTAMINA perlu mencari sumber pendanaan yang berkelanjutan untuk mendukung inisiatif ini.
- Kesadaran dan Edukasi: Masyarakat dan pemangku kepentingan perlu diberikan pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya transisi energi dan keberlanjutan. Program edukasi dan kampanye kesadaran sangat penting untuk mencapai dukungan publik yang luas.
- Ketersediaan sumber daya manusia: Dibutuhkan sumber daya manusia yang kompeten untuk mengelola proyek-proyek energi terbarukan.
Namun, tantangan juga membuka peluang bagi Pertamina untuk menjadi pemimpin dalam industri energi yang berkelanjutan. Dengan inovasi yang terus-menerus dan komitmen yang kuat, Pertamina dapat menciptakan nilai tambah bagi perusahaan, masyarakat, dan lingkungan.
Komitmen Pertamina untuk mencapai target NZE 2060 merupakan langkah penting dalam mendukung pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Melalui berbagai inisiatif yang telah dilakukan, Pertamina telah membuktikan bahwa transisi energi adalah mungkin dan menguntungkan. Dengan terus berinovasi dan berkolaborasi, Pertamina akan terus memainkan peran sentral dalam membentuk masa depan energi Indonesia yang lebih bersih dan berkelanjutan.
Inisiatif PERTAMINA dalam mendukung target NZE 2060 melalui dekarbonisasi, carbon offset, dan bisnis energi hijau merupakan langkah penting dalam menciptakan masa depan yang berkelanjutan bagi Indonesia. Dengan komitmen yang kuat terhadap keberlanjutan dan inovasi, PERTAMINA tidak hanya berupaya untuk mengurangi jejak karbon tetapi juga untuk menciptakan nilai tambah bagi masyarakat dan lingkungan. Meskipun tantangan masih ada, upaya PERTAMINA dalam mencapai target ini menunjukkan bahwa perusahaan tidak hanya berfungsi sebagai penyedia energi, tetapi juga sebagai agen perubahan dalam menghadapi krisis iklim global.