Wartakita.id MANDAR – Perahu Sandeq tidak sekedar warisan nenek moyang masyarakat Mandar, tapi ia adalah pengejawantahan dari karakter orang Mandar itu sendiri. Oleh karenanya, jika dikaji secara seksama, akan diketahui bahwa di dalam perahu tersebut terkandung nilai-nilai luhur yang hidup dan berkembang dalam masyarakat Mandar. Adapun nilai-nilai tersebut di antaranya adalah:
Pertama, nilai religious. Pembuatan Perahu Sandeq merupakan salah satu bentuk ekspresi pola keberagamaan masyarakat Mandar. Kepercayaan kepada hal-hal gaib yang menguasai suatu tempat, melahirkan pola keberagamaan yang unik. Permohonan ijin kepada penghuni pohon, baik dengan membawa makanan yang diletakkan di bawah pohon maupun dengan membaca doa-doa dan membaca mantra, merupakan bentuk dari religiousitas orang Mandar.
Keunikan pola keberagamaan orang Mandar juga dapat dilihat dari aneka macam ritual yang senantiasa dilakukan selama pembuatan perahu dan ketika Perahu Sandeq hendak dibawa melaut. Bagi para pengkaji keberagamaan masyarakat lokal, religiositas orang Mandar nampaknya dapat menjadi bahan kajian yang cukup menantang.
Kedua, nilai budaya. Keberadaan Perahu Sandeq merupakan hasil dari cara orang-orang Mandar merespon kondisi alam di mana mereka tinggal. Rintangan dan tantangan dari selat Mandar yang cukup dalam dan berarus deras, disikapi oleh masyarakat dengan membuat perahu lancip menggunakan layar berbentuk segitiga dengan ditambahi cadik pada kanan-kirinya. Hasilnya, sebuah perahu yang tidak saja mampu membelah lautan yang cukup ganas dengan stabil, tetapi juga melaju dengan kencang dan berlayar hingga ke mancanegara.
Ketiga, nilai identitas. Perahu Sandeq merupakan pengejawantahan dari karakter orang Mandar itu sendiri.Pallayarang (tiang layar utama) sebagai penentu utama kelajuan perahu merupakan simbol terpacunya cita-cita kesejahteraan masyarakat. Orang-orang Mandar harus senantiasa berjuang untuk menjamin terciptanya kesejahteraan.
Perjuangan harus senantiasa memperhatikan keseimbang agar tidak merugi, hal ini dapat dilihat pada tambera (tali penahan pallayarang) yang senantiasa menjaga pallayarang agar tetap kokoh tegak menjulang.
Kekokohan dan keseimbangan harus juga diimbangi oleh sikap fleksibel agar senantiasa mempunyai spirit untuk terus menjadi semakin baik, hal ini dapat dilihat pada sobal (layar) berwarna putih berbentuk segitiga yang merupakan simbol fleksibilitas yang tinggi, kegigihan, ketulusan dan kepolosan orang mandar. Guling (kemudi) sebagai simbol ketepatan mengambil keputusan.
Palatto (cadik),baratang dan tadiq sebagai lambang penyeimbang dan pertahanan serta memiliki jangkauan visi yang jauh menyongsong masa depan. Semua simbl perjuangan dan keseimbangan tersebut berlandaskan kepada sifat kesucian serta tekad yang tulus, sebagaimana yang tercermin pada warna Perahu Sandeq, yaitu warna putih. Warna putih juga mempunyai maksud bahwa orang Mandar sangat terbuka untuk menghadapi perubahan seperti disebutkan dalam sebuah ungkapan ”ibannang pute meloq dicinggaq meloq dilangolango”.
Ketiga nilai di atas secara jelas menunjukkan bahwa Perahu Sandeq merupakan pengejawantahan dari kearifan lokal dan pembentuk identitas masyarakat Mandar. Oleh karenya, upaya pelestarian Perahu Sandeqharus segera di lakukan agar jati diri orang Mandar dapat terus lestari. Namun juga harus disadari bahwa pelesatarian tidak saja sekedar menjaga Perahu Sandeq secara fisik, tetapi juga merevitalisasi nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, sehingga kita, khususnya orang Mandar, dapat terus berkata ”nenek moyangku seorang pelaut”