Bukan Sekadar Pindah Tempat, Tapi Menyatu dengan Tempat
Lupakan jadwal liburan padat yang melelahkan dari satu destinasi ke destinasi lain. Pasca-pandemi, sebuah tren baru bernama “slow travel” semakin digemari. Konsep utamanya adalah mengurangi kuantitas tempat yang dikunjungi untuk meningkatkan kualitas pengalaman di satu lokasi.
Apa Itu Slow Travel?
Slow travel adalah tentang koneksi. Ini adalah filosofi berlibur yang mendorong kita untuk tinggal lebih lama di satu tempat, berinteraksi dengan penduduk lokal, memahami budaya setempat, dan menikmati setiap momen tanpa terburu-buru. Alih-alih mengejar daftar panjang ‘things to do’, para ‘slow traveler’ lebih memilih untuk menyewa rumah penduduk, belajar memasak masakan lokal, atau sekadar duduk di kafe sambil mengamati kehidupan sehari-hari.
Mengapa Tren Ini Populer?
Banyak orang merasa lelah dengan liburan ‘instan’ yang hanya berfokus pada foto untuk media sosial. Slow travel menawarkan pengalaman yang lebih otentik, mendalam, dan pada akhirnya lebih menyegarkan bagi jiwa. Selain itu, tren ini juga dianggap lebih berkelanjutan karena mendukung ekonomi lokal secara langsung dan mengurangi jejak karbon dari transportasi yang sering berpindah-pindah.
Tips Memulai Slow Travel
Pilih satu kota atau desa sebagai basis Anda. Alokasikan waktu minimal satu minggu. Jangan membuat jadwal yang kaku, biarkan ada ruang untuk spontanitas. Gunakan transportasi publik dan belanjalah di pasar tradisional. Paling penting, buka diri Anda untuk percakapan dengan orang-orang baru.

























