Wartakita.id JENEPONTO – Kabupaten Jeneponto di Sulawesi Selatan sejak jaman kerajaan Gowa telah akrab dengan kuda. Tidak seperti di kabupaten lain seperti Bantaeng, Bulukumba, Gowa dan Sinjai walaupun kuda akrab dengan kehidupan sehari-hari, di sana tidak ada jadwal teratur memacu kuda seperti di Jeneponto.
Arena pacuan kuda di Parangtambung kota Makassar yang kini terbengkalai, dibangun dimasa kepemimpinan walikota H.M. A. Patompo (1965-1978) ‘monumen’ bahwa daerah-daerah di Sulawesi Selatan telah lama akrab dengan olah raga pacuan kuda.
Mungkin karena ketiadaan agenda pacuan kuda teratur, warga kampung Beru Kelurahan Empoang Selatan, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, menggelar pacuan kuda tradisional setiap hari Minggu, atas inisiatif warga Kecamatan Binamu dan Kecamatan Bangkala. Sambil menunggu jadwal pacuan kuda resmi yang diadakan setahun sekali, saat perayaan HUT kabupaten Jeneponto.
Hari ini kami berkesempatan meliput dan bergabung dengan kegembiraan warga di sana (24/1). Joki dengan perlengkapan seadanya, semangat memacu kudanya. Menggunakan helm untuk pengendara sepeda motor dan sepatu kanvas biasa. Kuda-kuda lokal yang tidak setinggi dan seatletis kuda pacuan ras Tolobret, mampu berlari cepat di tengah riuh penonton yang memberi semangat.
Sesekali warga dari kabupaten lain ikut mengirimkan kuda dan jokinya untuk ikut berpacu di Jeneponto. Panitia menyebutkan, peserta dari Kendari, Polmas dan Mamuju kerap ikut. Kabupaten Bantaeng dan Bulukumba yang berbatasan langsung dengan Jeneponto, hampir setiap pekan mengirim peserta.



