Wartakita.id SOPPENG – Ibu kota kabupaten Soppeng, Watan Soppeng di Sulawesi Selatan terkenal dengan banyaknya Kelelawar yang hidup di tengah kota sejak dulu. Uniknya mereka hanya mau berdiam / bergelantungan pada pepohonan yang ada di pusat kota. Menjelang malam hari kelelawar-kelelawar ini akan berterbangan mencari makanan di pegunungan dan kembali pada pagi harinya.
Menurut legenda masyarakat setempat apabila kelelawar-kelelawar tersebut telah meninggalkan kota Watansoppeng merupakan pertanda akan datangnya musibah. Kota Watansoppeng merupakan ibu kota Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan, yang terletak 150 km di sebelah utara Kota Makassar.
Juga ada mitos bila orang luar kejatuhan kotoran kelelawar maka akan mendapat jodoh orang asli Soppeng. Mitos lainnya bila dikencingi maka orang tersebut akan meninggal di Kota Soppeng.
Menurut cerita-cerita warga, kelelawar memilih pohon-pohon yang tumbuh sekitar kota Watansoppeng sejak jaman kerajaan sebagai tempat beristerahat pada siang hari bukanlah sembarang kelelawar. Diyakini sebagai salah satu dari pasukan pengawal kerajaan yang berwujud kelelawar.
Di masa kerajaan di Soppeng daerah yang menjadi pusat kekuasaan Datu (raja) Soppeng dengan radius 1 kilometer persegi yang kini menjadi bagian dari kota Watansoppeng.
Terpeliharanya keamanan di wilayah kerajaan Soppeng pada masa lalu itulah, sehingga pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1905 membuat sebuah bangunan bergaya paduan Eropa dengan arsitektur Bugis di kota Watangsoppeng untuk kantor sekaligus tempat kediaman kontreliur Belanda.
Konon bangunan ini dibuat sebagai salah satu tempat aman untuk peristirahatan Ratu Yuliana (Ratu Belanda). Warga Soppeng banyak yang menyebut sebagai Villa Yuliana sekalipun Ratu Belanda itu tidak pernah berkunjung ke tempat ini.
Sehari sebelum dilakukan pelantikan dan pengambilan sumpah terhadap anggota DPRD kabupaten Soppeng periode 2001 – 2009 sejumlah pohon yang biasanya dipadati kelelawar pada siang hari di kota Watansoppeng sepi dari kelelawar. Warga kabupaten Soppeng dibuat terkejut mendengar kabar bahwa seorang peserta pelantikan dan pengambilan sumpah anggota DPRD kabupaten Soppeng periode 2004 – 2009 mendadak pingsan di gedung DPRD kabupaten Soppeng, dan menghembuskan nafas terakhir.
Bukan berarti nasib dan takdir seseorang di kota Watan Soppeng ditentukan oleh kelelawar. Kejadian tersebut tidak lebih dari salah satu cara alam memberi kabar dan pertanda pada takdir Tuhan yang akan mewujud. (Gun)