PT Mars Symbioscience Indonesia akan mendirikan pusat penelitian kakao kedua di Indonesia yang akan berlokasi di Pangkep, Sulawesi Selatan. Sebelumnya, perusahaan ini sudah memiliki fasilitas serupa di Tarengge, Sulawesi Selatan yang dibangun pada tahun 2010 lalu.
Untuk membangun pusat penelitian seluas 95,2 hektare (ha) di Pangkep, perusahaan ini menggelontorkan dana US$ 4 juta. Nantinya fasilitas ini akan mengembangkan genetika kakao yang unggul dan tahan hama. Apalagi saat ini produksi kakao secara global mengalami penurunan karena penyakit dan praktik pertanian yang kurang tepat.
“Investasi di Pangkep ini adalah fasilitas penelitian kakao kedua di Indonesia. Hal ini berkaitan erat dengan bagaimana Mars menerapkan prinsip bisnisnya secara nyata, khususnya pada prinsip mutualitas,” ujarnya dalam siaran pers, Senin (20/11).
Saat ini Mars sudah memiliki fasilitas pengolahan kakao dengan kapasitas 24.000 metrik ton dan mendirikan kantor pemasaran di Jakarta untuk penjualan produk seperti Snicker’s, Dove, Wrigley’s, Whiskas, Pedigree dan Royal Canin.
Marlyn Sumbung, Presiden Direktur PT Mars Symbioscience mengatakan, dalam sepuluh tahun terakhir manajemen menyadari adanya perubahan iklim. Oleh karena itu sejak September 2017 lalu, manajemen mengenalkan program regenerasi berkelanjutan sebagai misi jangka panjang untuk memperbaiki rantai pasokan.
“Mars berinvestasi di rantai pasokan ini untuk mengatasi berbagai ancaman termasuk perubahan iklim, kemiskinan dan kelangkaan sumber daya,” tambahnya.
Frank Mars, Direktur Mars Inc mengatakan, kakao merupakan bahan baku penting bagi produk Mars di seluruh dunia. Oleh karena itu pasokan kakao dan stabil merupakan fokus perusahaan tersebut. Menurut Organisasi Kakao Internasional produksi kakao Indonesia mengalami penurunan 47% selama 7 tahun terakhir menjadi 290.000 metrik ton.