Wartakita.id, PADANG — Banjir Bandang datang setelah derasnya hujan yang tak kunjung berhenti sejak beberapa hari hingga sore hari, Kamis (27/11/2025).
Perumahan elit Luminpark Cluster di Lubuk Minturun, yang selama ini dianggap sebagai hunian aman bebas banjir, menjadi saksi bisu keganasan alam kali ini.
Sementara itu, warga kompleks perumahan Institut Teknologi Padang (ITP) di daerah Gunung Pangilun siang tadi pukul 14.00 WIB, menyampakan banjir bandang juga melanda daerah Gunung Pangilun yang berada di ketinggian.
Air berlumpur yang membawa dedaunan dan kering masuk ke dalam rumah merendam hingga ketinggian sekitar 30 sentimeter. Jaringan komunikasi dan data selular masih tersedia, tetapi listrik PLN masih padam di daerah gunung Pangilun hingga saat ini.
- Dampak Luas: Bencana hidrometeorologi ini telah memicu banjir, longsor, pohon tumbang, dan kerusakan infrastruktur di berbagai kecamatan di Padang.
- Korban Jiwa: Dilaporkan sedikitnya 12 orang tewas akibat banjir dan longsor di Sumatera Barat, termasuk beberapa warga di Padang.
- Warga Terdampak: Ribuan warga terdampak, dan ratusan di antaranya terpaksa mengungsi ke tempat yang lebih aman.
- Akses Jalan Terputus: Akses jalan utama, seperti jalan nasional Padang-Bukittinggi, tidak dapat dilalui karena terendam banjir dan tertimbun material longsor.
- Penyebab: Curah hujan ekstrem yang berlangsung selama berhari-hari menjadi pemicu utama bencana ini.
Evakuasi Tim SAR Gabungan
Tim SAR gabungan bekerja ekstra keras menembus arus deras berwarna cokelat pekat. Hasilnya menyedihkan: tiga tubuh kaku ditemukan tak bernyawa di kawasan perumahan tersebut.
“Jenazah sudah dibawa ke RSUD,” suara Kepala Pelaksana BPBD Padang, Hendri Zulviton, terdengar berat saat memberikan konfirmasi. Total lima nyawa melayang di Kota Padang hari ini. Identitas dua korban lainnya masih dalam proses identifikasi, sementara tim terus menyisir lokasi terkait laporan adanya bayi yang hilang terseret arus di Koto Panjang.
135 Keluarga Kehilangan Atap
Duka tak hanya milik warga kota. Di Kabupaten Agam, tepatnya di Kecamatan Malalak, banjir bandang yang terjadi Rabu sore (26/11) meninggalkan trauma mendalam. Sebanyak 135 Kepala Keluarga (KK) kini harus tidur di pengungsian. Rumah mereka rusak, harta benda lenyap disapu lumpur, dan dua tetangga mereka dilaporkan hilang.
Solidaritas Warga
Di tengah kepungan bencana, semangat “Badoncek” (gotong royong) warga Sumbar kembali diuji. Posko-posko darurat mulai didirikan secara swadaya. Namun, kebutuhan mendesak seperti selimut, makanan bayi, dan air bersih masih sangat minim karena akses distribusi yang terputus.
Bagi warga yang berada di kawasan rawan, BPBD meminta untuk segera mengevakuasi diri ke tempat tinggi tanpa menunggu air naik lebih tinggi. “Nyawa lebih berharga dari harta benda,” pesan klise yang hari ini terasa nyata.























