BALI – Erupsi freatik gunung Agung yang dimulai sejak Selasa (21/11) pukul 17.05 WITA (rilis Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, PVMBG) yang ditandai dengan keluarnya asap putih akibat adanya uap air bertekanan tinggi.
Video dari drone di atas puncak kawah Gunung Agung pada 22/11/2017 pukul 17.10 WITA. 90% puncak gunung tertutup awan. Tidak terlihat asap kelabu gelap keluar dari kawah. Aktivitas vulkanik juga tidak ada peningkatan. Status Siaga (level 3). Bali aman. pic.twitter.com/331tDvuvHw
— Sutopo Purwo Nugroho (@Sutopo_BNPB) November 23, 2017
Uap air tersebut terbentuk seiring dengan pemanasan air bawah tanah atau air hujan yang meresap ke dalam tanah di dalam kawah kemudian kontak langsung dengan magma. Letusan freatik disertai dengan asap, abu dan material yang ada di dalam kawah.
Gunung Agung kembali erupsi pada 25/11/2017 pukul 17:30 WITA. Tinggi kolom abu 1.500 meter. Status Siaga (level 3). Di dalam radius 6-7,5 km dilarang untuk ada aktivitas masyarakat. Kondisi Bali tetap aman. Masyarakat tidak panik. pic.twitter.com/EbijQ3Ny18
— Sutopo Purwo Nugroho (@Sutopo_BNPB) November 25, 2017
Sedangkan letusan tipe erupsi magmatik gunung Agung baru dimulai pada hari Sabtu (25/11) pukul 17.30 WITA. Gunung Agung mengeluarkan kolom berwarna abu-abu setinggi 1500 meter. Berbeda dengan letusan freatik yang disebabkan air yang menyentuh magma, letusan magmatik gunung mengeluarkan magma dari kawahnya.
Erupsi Gunung Agung difoto dari sektor timur di Desa Batur Kintamani. Warna kuning kemerahan efek dari cahaya sinar matahari. Erupsi Gunung Agung, tinggi 2.000 meter dari atas puncak pada 26/11/2017 pukul 05.05 WITA, kemudian 3.000 meter pada pukul 05.45 WITA. pic.twitter.com/vf8nGzlctq
— Sutopo Purwo Nugroho (@Sutopo_BNPB) November 25, 2017
Meski telah memasuki fase erupsi magmatik, status gunung Agung sampai hari ini, Minggu (26/11) masih Siaga Level 3, radius 6 – 7,5 km harus dikosongkan dari aktifitas masyarakat.
Erupsi magmatik Gunung Agung saat ini 26/11/2017 pukul 14.30 WITA. Erupsi sejak semalam sudah tipe erupsi magmatik. Bukan tipe freatik. Itulah yang menyebabkan erupsi menerus mengeluarkan asap dan abu vulkanik gelap. Masyarakat dihimbau meninggalkan radius 6-7,5 km dengan tertib. pic.twitter.com/ehbtMC4YYp
— Sutopo Purwo Nugroho (@Sutopo_BNPB) November 26, 2017
Erupsi Gunung Agung pada 26/11/2017 pagi. Warna kemerahan itu bukan api atau lava. Tetapi efek dari sinar matahari yang masuk ke dalam kolom abu vulkanik. #BaliTetapAman #bali #balisafe #safebali #Bali volcano pic.twitter.com/YHyhQb9njw
— Sutopo Purwo Nugroho (@Sutopo_BNPB) November 26, 2017
Warna kuning kemerahan dari erupsi Gunung Agung adalah efek cahaya sinar matahari saja. Bukan dari lava pijar atau api yang keluar dari kawah Gunung Agung. Kolom letusan abu vulkanik hingga 3.000 meter dari puncak kawah Gunung Agung. pic.twitter.com/hlwoqtsppi
— Sutopo Purwo Nugroho (@Sutopo_BNPB) November 26, 2017
Erupsi Gunung Agung, teramati ketinggian 2.000 meter dari atas puncak pada 26/11/2017 pukul 05.05 WITA. Kemudian mengalami peningkatan pada pukul 05.45 dengan perkiraan ketinggian 3000 meter dari atas puncak. Ancaman potensi bahaya masih berupa ancaman abu vulkanik. pic.twitter.com/gLhjwouyIe
— Sutopo Purwo Nugroho (@Sutopo_BNPB) November 25, 2017
Beberapa penerbangan internasional membatalkan penerbangan ke dan dari bandara Ngurah Rai sejak Sabtu 25/11, sedangkan maskapai nasional Garuda dan Citilink baru membatalkan penerbangam ke bandara Ngurah Rai Bali sejak hari Minggu (25/11) pukul 16.30 WIB.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) tidak bisa memastikan apakah Gunung Agung, Bali, akan meletus secara dahsyat, atau eksplosif seperti yang terjadi pada tahun 1963. Saat ini, meski tercatat sudah terjadi lima kali letusan, tetapi PVMBG menyatakan letusan itu masih kategori efusif.
“Tahun 1963, begitu keluar lava langsung meletus,” kata I Gede Suantika di Pos Pengamatan Gunung Api Agung di Desa Rendang, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali, Minggu 26 November 2017.
Menurut Gede Suantika, lava pijar sudah naik ke kawah dan sedang memenuhi lantai kawah. Jika kawah sudah penuh, lava pijar akan meluncur dari puncak gunung ke bawah.
“Lava masih memenuhi lantai kawah. Kalau sudah penuh, dia akan meleleh ke bawah. Saat ini masih terus keluar,” ujarnya.
Sementara itu, puncak Gunung Agung saat ini tak bisa terpantau secara visual, sebab kabut tebal menyelimuti gunung berketinggian 3.142 mdpl itu. Walau pun begitu, semburan abu dari kawah gunung masih bisa terlihat karena memiliki warna abu-abu kehitaman yang sebarannya mengarah ke Lombok.
Sebaran abu vulkanik Gunung Agung mengarah ke wilayah Lombok. pic.twitter.com/csYMfmShdG
— Sutopo Purwo Nugroho (@Sutopo_BNPB) November 26, 2017
PVMBG juga masih mempertahankan status aktivitas vulkanik Gunung Agung di level III atau siaga. Dan, status akan ditingkatkan jika letusan besar terjadi. Sejauh ini, PVMBG merekomendasikan agar tak ada warga yang beraktivitas di zona merah dalam radius enam kilometer dari puncak gunung dan dalam sektoral 7,5 kilometer ke arah timur, barat, utara dan selatan.