Baru-baru ini, Elon Musk, miliarder teknologi yang kini memimpin Departemen Efisiensi Pemerintah AS (DOGE), mengumumkan rencana untuk menutup Badan Pembangunan Internasional AS (USAID). USAID, yang mengelola sekitar $43 miliar dalam program bantuan di lebih dari 100 negara, dianggap oleh Musk sebagai “organisasi kriminal” yang “tidak dapat diperbaiki”. Keputusan ini telah memicu kekhawatiran dari berbagai pihak, termasuk Bill Gates, pendiri Microsoft dan filantropis terkemuka.
Elon Musk dan Penutupan USAID
Sebagai pemimpin DOGE, Musk memiliki mandat untuk mengidentifikasi dan menghilangkan pemborosan dalam birokrasi federal. Dalam sebuah diskusi di platform X, Musk menyatakan bahwa setelah menyelidiki USAID, ia menemukan bahwa organisasi tersebut “hanya terdiri dari sekumpulan cacing”, menggambarkan tingkat kerusakan dan korupsi yang menurutnya tidak dapat diperbaiki. Musk menegaskan bahwa Presiden Donald Trump telah menyetujui rencana penutupan USAID, dan langkah-langkah untuk menutupnya secara permanen sedang berlangsung.
Langkah ini telah berdampak langsung pada operasional USAID. Staf melaporkan bahwa mereka terkunci dari sistem komputer, dan fasilitas kantor pusat di Washington, D.C., ditutup untuk personel pada awal Februari. Selain itu, situs web USAID juga tidak dapat diakses, menandakan penghentian operasional yang signifikan.
Kekhawatiran Bill Gates
Bill Gates, yang yayasannya telah bermitra dengan USAID dalam berbagai program kesehatan dan nutrisi, menyuarakan keprihatinannya terhadap penutupan ini. Dalam sebuah wawancara, Gates menyatakan bahwa tanpa USAID atau pengganti yang memadai, jutaan orang bisa meninggal akibat hilangnya program-program penting tersebut. Ia menekankan bahwa orang-orang yang bekerja di USAID bukanlah “cacing”, tetapi individu yang berdedikasi untuk meningkatkan kesehatan global.
Gates juga menyoroti kesalahpahaman publik mengenai anggaran bantuan luar negeri AS. Banyak yang beranggapan bahwa AS mengalokasikan 5% atau bahkan 2% dari anggaran nasional untuk bantuan luar negeri, padahal kenyataannya kurang dari 1%. Ia menegaskan pentingnya bantuan ini sebagai investasi jangka panjang untuk keamanan dan kesejahteraan global.
Program USAID yang Terancam
USAID menjalankan berbagai program yang berfokus pada kesehatan global, termasuk di Indonesia. Beberapa program utama yang terancam akibat penutupan ini antara lain:
- PEPFAR (President’s Emergency Plan for AIDS Relief): Program ini berupaya mengatasi HIV/AIDS di seluruh dunia melalui pendanaan dan dukungan inisiatif pencegahan, perawatan, dan pengobatan, terutama di Afrika Sub-Sahara.
- Program Kesehatan Ibu dan Anak: USAID mendukung upaya untuk mengurangi angka kematian ibu dan anak melalui penyuluhan kesehatan, vaksinasi, dan pemberian gizi yang tepat.
- Pengendalian Tuberkulosis (TB): Bekerja sama dengan organisasi kesehatan global, USAID berupaya mengurangi penyebaran TB melalui deteksi dini, pengobatan, dan edukasi.
- Program Vaksinasi Global: Melalui kemitraan dengan Gavi, the Vaccine Alliance, USAID mendukung vaksinasi untuk melawan penyakit menular seperti polio, campak, dan hepatitis di negara-negara berkembang.
- Kesehatan Reproduksi dan Perencanaan Keluarga: USAID menyediakan layanan kesehatan reproduksi, termasuk akses ke kontrasepsi dan edukasi tentang perencanaan keluarga.
- Pengendalian Malaria: Di wilayah yang rentan terhadap malaria, USAID mendukung distribusi kelambu berinsektisida dan pengobatan untuk mengurangi angka kematian akibat penyakit ini.
- Kesehatan Mental: USAID meningkatkan perhatian terhadap kesehatan mental dengan program dukungan psikososial di daerah krisis, seperti pengungsi atau masyarakat terdampak bencana.
- Program Penyakit Menular dan Zoonotik: USAID mendukung penelitian dan pengendalian penyakit menular seperti COVID-19, Ebola, dan dengue melalui penyediaan peralatan medis, vaksin, dan pelatihan untuk tenaga kesehatan.
- Program Kesehatan Global di Indonesia: Di Indonesia, USAID mendukung program Indonesia Urban Water, Sanitation, and Hygiene (IUWASH) yang berfokus pada penyediaan air bersih dan sanitasi untuk meningkatkan kesehatan masyarakat serta mencegah penyakit terkait kebersihan.
Reaksi dan Kritik
Penutupan USAID telah memicu reaksi keras dari berbagai pihak. Demokrat dan kritikus lainnya menuduh pemerintahan Trump dan Musk melakukan tindakan otoriter yang merusak kepentingan AS dan memberikan keuntungan bagi negara-negara saingan seperti Rusia dan China. Senator Chris Van Hollen menyatakan bahwa upaya untuk menutup USAID adalah “hadiah bagi musuh kita” dan tidak ada hubungannya dengan efisiensi pemerintah.
Sementara itu, para pendukung penutupan berargumen bahwa USAID telah menjadi simbol pemborosan dan inefisiensi dalam birokrasi federal. Mereka percaya bahwa mengalihkan dana bantuan luar negeri ke prioritas domestik akan lebih menguntungkan bagi rakyat Amerika.
Kesimpulan
Penutupan USAID oleh pemerintahan Trump dengan dukungan Elon Musk menandai perubahan signifikan dalam kebijakan bantuan luar negeri AS. Meskipun dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi pemerintah, langkah ini menimbulkan kekhawatiran tentang dampaknya terhadap program-program kesehatan global yang vital. Dengan kritik