Usai menjinakkan sang juara bertahan Barcelona, Atletico berambisi untuk melumpuhkan monster berikutnya dalam wujud Bayern Munich.
Di tangan Diego Simeone, Atletico Madrid seperti terlahir kembali. Sejak kedatangan pelatih asal Argentina itu, Atletico berhasil lepas dari bayang-bayang saudara tuanya, Real Madrid, dengan sanggup menandingi dan bahkan berkali-kali memecundanginya. Kekuatan dominan Spanyol lainnya, Barcelona, juga sanggup mereka redam.
Atletico memang tidak memiliki pemain bertaraf megabintang seperti kedua rivalnya itu, namun lewat kerja keras, permainan super ngotot, komitmen tinggi, dan disepuh dengan gemblengan cerdik Simeone, Los Rojiblancos secara luar biasa sukses menjinakkan duo monster Barca dan Madrid.
Perempat-final Liga Champions musim ini adalah perwujudan sempurna dari filosofi spartan ala Simeone. Sempat “dicurangi” di leg pertama dan kalah 2-1 dari Barca, Atletico mampu bangkit di leg kedua berkat dua gol Antoine Griezmann untuk menendang sang juara bertahan dari kompetisi.
“Saya bahagia dengan para pemain yang selalu bekerja keras dan bermain kompak. Itu lebih penting ketimbang mencapai semi-final. Nilai-nilai dalam masyarakat boleh memburuk, tetapi kami adalah sekumpulan pekerja jujur yang bisa menang maupun kalah,” ungkap Simeone.
Semangat itu akan coba diulangi oleh Simeone dan pasukannya kala menghadapi monster berikutnya berwujud Bayern Munich dalam leg pertama semi-final Liga Champions di Vicente Calderon, Kamis (26/4) dini hari WIB.
Menjamu sang raksasa Jerman, Simeone berharap kekompakan timnya tetap terjaga untuk membendung serangan-serangan pasukan Pep Guardiola yang terkenal sangat rapi dan agresif. Sayang, lini belakang mereka sedikit kendor dengan absennya bek sentral Diego Godin akibat cedera. Posisinya bakal digantikan oleh bek muda Lucas Hernandez.
Situasi ini bakal dimanfaatkan Thomas Muller dan Robert Lewandowski, yang masing-masing sudah mengemas 31 dan 38 gol di musim ini, untuk menjadi penuntas di lini depan dan mencetak gol tandang krusial. Arturo Vidal juga siap menusuk dari lini kedua sebagaimana yang ia tunjukkan lewat torehan empat gol dalam enam partai terakhir.
Atletico dan Bayern sejatinya tidak saling mengenal luar dalam, mengingat mereka tidak pernah bertemu di era modern. Pertemuan terakhir dan satu-satunya terjadi di final Piala Champions 1974. Ketika itu Bayern menang 4-0 di laga final replay setelah bermain imbang 1-1.
Meski sedikit lebih diunggulkan, Guardiola memahami bahwa Atletico telah menjelma menjadi raksasa ketiga Spanyol yang harus betul-betul diwaspadai. “Anda bisa membandingkan Atletico dengan Barca dan Madrid. Ketika Atletico bermain lawan klub-klub besar Eropa, mereka bisa menghancurkan para favorit,” ujarnya.
“Sudah lima tahun berlalu sejak saya terlibat melawan mereka, tapi mereka bukan cuma memiliki pertahanan bagus, mereka juga sangat terorganisasi, bisa merapatkan ruang, dan punya serangan balik,” imbuh Guardiola yang pernah sekali berduel dengan Simeone ketika ia masih di Barca pada musim 2011/12. Ketika itu Guardiola sukses memecundangi Atletico 2-1 di Calderon.
Di partai ini, Bayern mendapat kabar baik dengan diikutsertakannya Jerome Boateng ke dalam skuat. Namun, bek yang sudah absen dalam tiga bulan terakhir itu kemungkinan besar tidak akan tampil starter. Di samping itu, Bayern hanya kehilangan Arjen Robben dan Holger Badstuber. Adapun di kubu Atletico, Tiago Mendes juga harus absen bersama Godin. Beruntung, striker Fernando Torres sudah bisa diturunkan usai menjalani suspensi kartu.