Selasa, 26 September 2023
  • kontak
  • layanan
  • beriklan
  • privasi
  • perihal
wartakita.id
  • 🏠
  • ALAM
  • ARTIKEL
    • KESEHATAN
    • HIBURAN
    • KEUANGAN
    • KULINER
  • BERITA
    • #CEKFAKTA
    • OLAHRAGA
    • NUSANTARA
    • GLOBAL
  • GAYA
  • MAKASSAR
  • SEPAK BOLA
  • TEKNO
  • OTOMOTIF
No Result
View All Result
wartakita.id
  • 🏠
  • ALAM
  • ARTIKEL
    • KESEHATAN
    • HIBURAN
    • KEUANGAN
    • KULINER
  • BERITA
    • #CEKFAKTA
    • OLAHRAGA
    • NUSANTARA
    • GLOBAL
  • GAYA
  • MAKASSAR
  • SEPAK BOLA
  • TEKNO
  • OTOMOTIF
No Result
View All Result
wartakita.id
No Result
View All Result
ads ads ads
Home Alam dan Lingkungan Hidup

PBB: Frekuensi dan Kerugian Bencana Iklim Naik, Korban Jiwa Turun

2 September 2021
in Alam dan Lingkungan Hidup
Reading Time: 4 mins read
A A

Organisasi Meteorologi Dunia PBB menyebut dalam laporannya, bencana iklim melanda dunia lebih sering dan menyebabkan kerugian yang lebih banyak. Namun, bencana tersebut sebabkan lebih sedikit korban jiwa.

Bencana iklim melanda dunia empat hingga lima kali lebih sering dan menyebabkan kerusakan tujuh kali lipat lebih banyak dibanding tahun 1970an, menurut Badan Meteorologi Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), tetapi bencana-bencana iklim ini merenggut nyawa lebih sedikit.

Menyelamatkan Hutan dengan Teknik Daisugi

Cahaya Biru Misterius Sebelum Gempa Maroko 8/9/2023 Terekam CCTV Warga

Ketika Udara Bersih Harus Diperjuangkan

Pada tahun 1970an dan 1980an misalnya, rata-rata menyebabkan kematian 170 jiwa setiap harinya di seluruh dunia. Sementara pada tahun 2010an, angka tersebut turun menjadi sekitar 40 per hari, kata Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) yang meninjau lebih dari 11.000 bencana iklim dalam setengah abad terakhir.

Laporan WMO ini muncul di periode musim panas yang dipenuhi bencana secara global, termasukbanjir mematikan di Jerman , gelombang panas di Mediterania, Badai Ida, dan serangan kebakaran hutan yang diperparah oleh musim kering yang melanda Amerika Serikat (AS).

“Kabar baiknya adalah kita telah bisa meminimalkan jumlah korban di saat kita mulai mengalami kenaikan jumlah bencana: gelombang panas, banjir, musim kering, dan terutama… badai tropis ekstrem seperti Ida, yang baru-baru ini melanda Louisiana dan Mississippi di Amerika Serikat,” kata Petteri Taalas, Sekretaris Jenderal WMO, dalam sebuah konferensi pers.

“Namun, kabar buruknya adalah kerugian ekonomi telah meningkat dengan cepat dan peningkatan ini diperkirakan akan terus berlanjut,” tambahnya. “Kita akan semakin sering menyaksikan cuaca ekstrem akibat perubahan iklim, dan tren negatif dalam iklim ini akan berlanjut dalam beberapa dekade mendatang.”

Pada tahun 1970an, dunia rata-rata mengalami 711 bencana iklim dalam setahun. Tapi dari tahun 2000 hingga 2009 angka tersebut naik menjadi 3.536 bencana dalam setahun atau hampir 10 bencana dalam satu hari, demikian menurut laporan yang menggunakan data dari Pusat untuk Riset Epidemiologi Bencana (Centre for Research on the Epidemiology of Disasters) di Belgia itu. Laporan itu juga menyebutkan bahwa jumlah rata-rata bencana tahunan mengalami sedikit penurunan pada tahun 2010an, yakni menjadi 3.165 bencana.

Laporan itu juga mengungkap bahwa banyak dari kematian dan kerusakan selama 50 tahun bencana iklim disebabkan oleh badai, banjir, dan musim kering.

Dari lebih dari 2 juta kematian, 90% di antaranya terjadi di negara-negara yang dikategorikan PBB sebagai negara berkembang, sementara hampir 60% kerugian ekonomi terjadi di negara-negara kaya.

PBB menemukan bahwa pada tahun 1970an bencana iklim menyebabkan kerugian sekitar 175 miliar dolar AS secara global, jika disesuaikan dengan nilai dolar pada tahun 2019. Jumlah tersebut naik menjadi 1,38 triliun dolar AS untuk periode tahun 2010 hingga 2019.

Menurut WMO, hal yang mendorong kehancuran tersebut adalah karena semakin banyak orang pindah ke daerah berbahaya, dengan perubahan iklim menyebabkan bencana iklim lebih kuat dan makin sering. Meski begitu, para pakar menyebutkan bahwa peringatan cuaca yang lebih baik serta kesiapsiagaan telah berhasil mengurangi jumlah kematian.

Susan Cutter, Direktur Hazards and Vulnerability Research Institute di University of South Carolina melihat ada kemajuan dalam hal belajar hidup dengan risiko dan juga melindungi diri sendiri.

“Di sisi lain, kita masih membuat keputusan bodoh tentang peletakan infrastruktur,” kata Cutter. “Tapi tidak apa-apa. Kita tidak kehilangan nyawa, kita hanya kehilangan benda-benda.”

Angka korban jiwa akan terus menurun?

Samantha Montano, seorang profesor manajemen darurat di Akademi Maritim Massachusetts dan penulis buku “Disasterology”, mengatakan ia khawatir bahwa jumlah kematian mungkin akan berhenti menurun karena peningkatan cuaca ekstrem yang disebabkan perubahan iklim melanda terutama negara-negara miskin.

“Kesenjangan di mana negara-negara telah memiliki fasilitas atau cara yang didedikasikan untuk meminimalkan kematian akibat bencana adalah kekhawatiran besar, terutama karena perubahan iklim,” tutur Montano. “Menurunnya kematian dalam beberapa dekade terakhir tidak berarti hal itu akan berlanjut, kecuali kita terus berinvestasi dalam upaya tersebut.”

Badai Ida merupakan sebuah contoh bencana yang menyebabkan kerusakan besar dan mungkin korban jiwa yang lebih sedikit dibanding badai-badai besar sebelumnya, kata Cutter. Ia menambahkan bahwa tahun ini, bencana iklim “tampaknya melanda tiap beberapa minggu,” seperti misalnya Ida, kebakaran hutan AS dan banjir di Jerman, Cina, dan Tennessee.

Lima bencana iklim paling mahal sejak tahun 1970 merupakan badai di AS, dengan Badai Katrina pada tahun 2005 menduduki peringkat pertama. Sedangkan lima bencana iklim paling mematikan terjadi di Afrika dan Asia, di mana kekeringan dan kelaparan di Etiopia pada pertengahan 1980an dan Siklon Bhola di Bangladesh pada tahun 1970 menempati posisi teratas.

Bagikan ini:

  • Klik untuk berbagi pada Twitter(Membuka di jendela yang baru)
  • Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru)
  • Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru)
Tags: climate changePBBWMO

ARTIKEL TERKAIT

Menyelamatkan Hutan dengan Teknik Daisugi
Alam dan Lingkungan Hidup

Menyelamatkan Hutan dengan Teknik Daisugi

19 September 2023
Cahaya Biru Misterius Sebelum Gempa Maroko 8/9/2023 Terekam CCTV Warga
Alam dan Lingkungan Hidup

Cahaya Biru Misterius Sebelum Gempa Maroko 8/9/2023 Terekam CCTV Warga

11 September 2023
Ketika Udara Bersih Harus Diperjuangkan
Alam dan Lingkungan Hidup

Ketika Udara Bersih Harus Diperjuangkan

21 Agustus 2023
sakura mekar di korea
Alam dan Lingkungan Hidup

Gelombang Panas Mendera Korea Selatan

30 Juli 2023
Rekor Panas Tertinggi di Vietnam Mencapai 44,1 Derajat Celcius
Alam dan Lingkungan Hidup

Rekor Panas Tertinggi di Vietnam Mencapai 44,1 Derajat Celcius

10 Mei 2023
BNPB: Gempa Mentawai Terasa Kuat Selama 30 Detik
Alam dan Lingkungan Hidup

BNPB: Gempa Mentawai Terasa Kuat Selama 30 Detik

25 April 2023
https://www.youtube.com/watch?v=X4SEeEg658w
AI dalam Dunia Jurnalisme Modern, Senjakala bagi Jurnalis?
Artikel

AI dalam Dunia Jurnalisme Modern, Senjakala bagi Jurnalis?

25 September 2023
Vietnam Gagal Ke 16 Besar, Timnas Indonesia Lolos Walau Kalah 0-1 dari Korea Utara
Sepak Bola

Vietnam Gagal Ke 16 Besar, Timnas Indonesia Lolos Walau Kalah 0-1 dari Korea Utara

25 September 2023
Skenario Timnas U-24 Indonesia Lolos ke 16 Besar Asian Games 2022
Sepak Bola

Skenario Timnas U-24 Indonesia Lolos ke 16 Besar Asian Games 2022

24 September 2023
Polemik dan Rumor Perpanjangan Kontrak Blackpink dengan YG Entertainment
Hiburan

Polemik dan Rumor Perpanjangan Kontrak Blackpink dengan YG Entertainment

23 September 2023

GAYA KITA

One Step Smoothing, Pelurusan Rambut Untuk Yang Buru-Buru
Gaya

One Step Smoothing, Pelurusan Rambut Untuk Yang Buru-Buru

11 Februari 2023
Jelly Perm Ala Aktris dan Idol Korea
Gaya

Jelly Perm Ala Aktris dan Idol Korea

30 Januari 2023
Cara Gunting Layer Rambut Kakak Cantik
Gaya

Cara Gunting Layer Rambut Kakak Cantik

2 Februari 2023

ESAI REDAKSI

Ketika Udara Bersih Harus Diperjuangkan

Asib Ali Bhore

Belikan Anak-Anak Komputer, Informatika Nanti Jadi Kebutuhan Manusia Keempat

Agama dan Kejadian Alam

Tidak Terlalu Cepat Untuk Lailatul Qadr

  • kontak
  • layanan
  • beriklan
  • privasi
  • perihal

© 2021 wartakita media

  • Login
No Result
View All Result
  • 🏠
  • ALAM
  • ARTIKEL
    • KESEHATAN
    • HIBURAN
    • KEUANGAN
    • KULINER
  • BERITA
    • #CEKFAKTA
    • OLAHRAGA
    • NUSANTARA
    • GLOBAL
  • GAYA
  • MAKASSAR
  • SEPAK BOLA
  • TEKNO
  • OTOMOTIF

©2021 wartakita media

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Go to mobile version