MAKASSAR, Wartakita.id – Dunia pendidikan tinggi di Sulawesi Selatan tahun 2025 berada dalam mode “tancap gas”. Menyadari ancaman disrupsi AI yang kian nyata, dua institusi pendidikan terbesar, Universitas Hasanuddin (Unhas) dan Universitas Negeri Makassar (UNM), melakukan perombakan kurikulum yang radikal.
Unhas di tahun 2025 meluncurkan “Center of Excellence for Maritime AI”. Mereka tidak lagi hanya mencetak ahli kelautan konvensional, tapi ahli kelautan yang bisa mengoperasikan drone bawah air dan menganalisis data satelit perikanan.
Langkah ini diapresiasi nasional karena menyambungkan “DNA” maritim Sulsel dengan kebutuhan industri masa depan.
Sementara itu, UNM fokus pada revitalisasi pendidikan vokasi. Program “Kampus Masuk Desa” di tahun 2025 bukan sekadar KKN (Kuliah Kerja Nyata) biasa.
Mahasiswa diterjunkan untuk mendigitalisasi UMKM di pelosok Bone dan Bulukumba selama satu semester penuh. Hasilnya nyata: ratusan produk lokal kini punya pasar ekspor berkat sentuhan mahasiswa.
Namun, ketimpangan masih terasa di kampus-kampus swasta kecil. Sementara kampus negeri berlari dengan dana riset besar, kampus swasta masih berjuang dengan isu akreditasi dan penurunan jumlah mahasiswa baru.
Tahun 2025 memperlebar jurang kualitas pendidikan tinggi di Sulsel: yang besar makin canggih, yang kecil makin tertinggal.























