Flores – Gunung Lewotobi Laki-Laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), kembali bergemuruh dengan erupsi hebat yang mengejutkan warga pada Kamis pagi, 7 November 2024. Suara ledakan disertai kepulan abu yang menjulang hingga lebih dari 5 kilometer dari puncak gunung menimbulkan kepanikan di sekitar kawasan. Situasi ini memaksa Tim SAR Gabungan dan Brimob untuk melakukan evakuasi darurat, terutama bagi warga yang tinggal di area rawan bencana.
Sejak pagi, erupsi demi erupsi terjadi. Data dari Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Lewotobi Laki-Laki menunjukkan adanya sembilan letusan yang terjadi hingga siang hari, disertai dengan awan panas guguran yang meluncur sejauh tiga kilometer ke arah timur laut. Hadi Wijaya, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), mengonfirmasi bahwa ini adalah erupsi terbesar sejak aktivitas vulkanik Gunung Lewotobi mulai meningkat kembali pada awal November.
Kepala Batalyon Brimob Kompi B Maumere, AKP Agustinus Silfester, menyampaikan bahwa sejak dini hari, kepulan abu hitam pekat, batu, dan pasir terus membanjiri Desa Nawakote dan wilayah sekitarnya. Ia menambahkan bahwa sekitar 116 warga Desa Nawakote telah dievakuasi ke posko pengungsian di Kecamatan Wulanggitang, dengan titik penampungan utama di Desa Konga. “Kondisi di lapangan cukup mencekam. Warga sempat panik dan segera mencari tempat aman,” ujar Agustinus.
Proses evakuasi terus berlangsung, terutama di Desa Riangkaha dan Nurabelen, yang berpotensi terkena dampak awan panas. Tim SAR Gabungan serta Brimob turut berjaga agar evakuasi berjalan aman dan tertib.
PVMBG mengimbau agar warga tidak memasuki zona rawan dalam radius tujuh kilometer dari puncak Gunung Lewotobi Laki-Laki untuk sementara waktu. Dengan awan panas dan kepulan abu yang bisa mencapai wilayah yang lebih jauh, warga diharapkan tetap waspada dan mematuhi instruksi petugas.
Warga yang dievakuasi saat ini mendapatkan bantuan logistik dan peralatan di posko pengungsian. Sementara itu, pemantauan terhadap aktivitas Gunung Lewotobi masih terus dilakukan oleh tim pengawas gunung api untuk mengantisipasi potensi letusan susulan.