Berikut analisis penghematan dan kajian teknis terkait pencampuran bioetanol 10% (E10) dengan bahan bakar fosil untuk 1.000 mobil dinas pemerintah dan 1.000 angkutan publik, serta studi terkait campuran di atas 10%:
A. Perhitungan Penghematan dengan Campuran E10
Asumsi Dasar
- Konsumsi Bahan Bakar:
- Rata-rata konsumsi BBM per kendaraan: 10 liter/100 km.
- Jarak tempuh harian: 50 km/hari → 5 liter/hari/kendaraan.
- Total kendaraan: 2.000 unit (1.000 mobil dinas + 1.000 angkutan publik).
- Total konsumsi harian: 2.000×5=10.000 liter/hari.
- Substitusi Bioetanol 10% (E10):
- Kebutuhan bioetanol harian: 10%×10.000=1.000 liter/hari.
- Pengurangan konsumsi BBM fosil: 1.000 liter/hari.
- Harga Bahan Bakar (2023):
- Harga Pertalite (BBM fosil): Rp 10.000/liter.
- Harga bioetanol (dari aren): Rp 8.000–12.000/liter (tergantung produksi).
- Asumsi harga bioetanol: Rp 9.000/liter (lebih murah dari BBM fosil).
- Penghematan per Tahun:
- Penghematan per liter: Rp10.000−Rp9.000=Rp1.000/liter.
- Penghematan harian: 1.000 liter×Rp1.000=Rp1.000.000/hari.
- Penghematan tahunan: Rp1.000.000×365=Rp365juta/tahun .
Catatan:
- Jika harga bioetanol lebih mahal dari BBM (misal: Rp 12.000/liter), tidak ada penghematan.
- Biaya infrastruktur (modifikasi mesin, distribusi) belum dihitung.
B. Studi Campuran Bioetanol >10% (E20, E85, E100)
1. Implementasi Global
- Brazil: Menggunakan E27 (27% bioetanol) dan E100 (etanol murni untuk kendaraan flex-fuel).
- Amerika Serikat: E15 (15%) disetujui untuk kendaraan tahun 2001 ke atas, E85 untuk flex-fuel.
- Thailand: E20 digunakan sejak 2008 untuk mengurangi impor BBM.
2. Riset dan Batasan Teknis
- Kompatibilitas Mesin:
- Mesin konvensional (non-flex-fuel) tidak kompatibel dengan campuran >10% karena risiko korosi dan kerusakan komponen karet/logam.
- Campuran E20-E85 memerlukan modifikasi mesin (seperti bahan tangki tahan etanol, injektor khusus).
- Rendemen Energi:
- Bioetanol memiliki energi 30–35% lebih rendah dari bensin, sehingga konsumsi bahan bakar meningkat (misal: E20 mengurangi jarak tempuh 5–10%).
3. Studi di Indonesia
- ITB dan Pertamina (2021):
- Uji coba E20 pada mesin kendaraan menunjukkan penurunan emisi CO hingga 25%, tetapi performa mesin turun 3–5% tanpa modifikasi.
- Kementerian ESDM (2022):
- Potensi teknis E20 di Indonesia ada, tetapi infrastruktur distribusi dan regulasi belum siap.
C. Analisis Ekonomi Campuran >10%
Jika 2.000 kendaraan beralih ke E20:
- Penghematan BBM Fosil:
- Kebutuhan bioetanol: 20% × 10.000 liter/hari = 2.000 liter/hari.
- Penghematan: 2.000×(Rp10.000−Rp9.000)=Rp2.000.000/hari → Rp 730 juta/tahun.
- Biaya Tambahan:
- Modifikasi mesin: Rp 5–10 juta/kendaraan → Total Rp 10–20 miliar.
- Jika harga bioetanol lebih tinggi dari BBM, penghematan tidak tercapai.
D. Kesimpulan
- Penghematan E10:
- Rp 365 juta/tahun untuk 2.000 kendaraan (asumsi harga bioetanol Rp 9.000/liter).
- Jika harga bioetanol > Rp 10.000/liter, pemerintah perlu subsidi.
- Campuran >10% (E20/E85):
- Teknis mungkin, tetapi memerlukan:
- Investasi modifikasi mesin (Rp 10–20 miliar).
- Kebijakan jelas dan infrastruktur pendukung.
- Studi ITB dan global membuktikan campuran >10% layak dengan syarat teknis terpenuhi.
- Teknis mungkin, tetapi memerlukan:
- Rekomendasi:
- Mulai dengan E10 untuk uji coba, lalu tingkatkan ke E20 secara bertahap dengan kendaraan flex-fuel.
- Sinergi dengan program biodiesel B30 untuk mengurangi ketergantungan impor BBM.
Referensi
- Kementerian ESDM Indonesia (2023): Roadmap Bioetanol 2025.
- ITB (2021): Uji Performa Mesin dengan Bahan Bakar E20.
- USDA Report (2022): Global Biofuel Policies and Implementation.