Wartakita.id JAKARTA – Komunikasi adalah senjata yang sangat kuat. Luangkan waktu untuk menguasainya. Menurut berbagai survei, sekitar 85% persen dari kesuksesan hidup berkaitan secara langsung dengan kemampuan berkomunikasi dan keterampilan membina hubungan. Hal itu menandakan bahwa tidak peduli seberapa ambisius, atau seberapa tinggi tingkat pendidikan seseorang, dia masih memiliki kemungkinan yang rendah untuk melangkah lebih jauh dalam hidup tanpa sukses dalam berkomunikasi lebih dulu, atau paling tidak, dia harus paham tentang bagaimana kemampuan komunikasi yang efektif dalam berhubungan dengan orang-orang.
Jika melihat saya ketika diminta untuk memberikan presentasi kepada klien di waktu yang lalu, mungkin saat itu Anda hanya akan kebingungan dan diserang kantuk. Bahkan mungkin saja, Anda akan hampir tidak bisa mendengar apa yang saya katakan. Kegagapan dan kegoyahan yang nyata dalam suara, serta kecenderungan saya untuk menjadi pembicara yang berbelit-belit – acap kali berputar tak karuan di sekitar apa yang sebenarnya saya coba untuk sampaikan – jelas tak mengesankan satu orang pun dalam ruangan.
Dibutuhkan keterampilan untuk memperluas hubungan dari lingkaran kecil orang-orang dimana Anda berada saat ini menuju lingkaran besar orang-orang yang akan Anda temui kelak. Keterampilan semacam ini – khususnya, menjadi pembicara dengan kendali dan kepercayaan diri yang tinggi – yang menjamin akan melontarkan keberhasilan Anda dalam kehidupan. Itulah yang akan kami bagikan di sini.
[nextpage title=”1. Ganti Uhm, Hm”]
Pada saat tertentu, sulit untuk tidak mengatakan “uh, um” dan sejenisnya, terlebih saat sedang mencoba untuk mengumpulkan kembali isi pikiran. Itu wajar. Para pembicara besar, tampaknya, sangat jarang ada yang menggunakan suara-suara mengganggu seperti yang di atas. Tapi, jika Anda mendengarkan dengan seksama, mereka tidak benar-benar menghentikan itu semua. Mereka hanya menggantikan “uh, um” dengan kata-kata pengisi yang jauh lebih kuat.
Ketika tiba saatnya untuk itu, Anda bisa menggunakan kata-kata seperti, “Nah!; Sekarang; Anda lihat; Namun; Bagaimanapun” dan lain-lain. Kalimat, “Um, saya pikir….” tiba-tiba akan terdengar jauh lebih definitif dan kuat, jika sedikit diubah menjadi, “Anda lihat, saya pikir …”. Itu terdengar lebih menyuarakan kesungguhan, dan menumbuhkan kepercayaan diri.
2. Ketahui “The Power of Silence”.
Pembicara terbaik tahu betul kekuatan keheningan. Mereka tidak takut membiarkan seisi ruangan menunggu sejenak. Dia bisa duduk dengan tenangnya dalam keheningan untuk satu atau dua tarikan nafas, dan tetap merasa nyaman – bahkan, dia benar-benar menggunakan itu untuk keuntungannya. Istirahat.
Keheningan yang tidak disengaja dapat dilihat sebagai kesalahan, atau tanda ketidakpastian. Namun, keheningan yang disengaja justru bisa terlihat sebagai upaya dramatisasi dan bahkan menjadi semakin penting. Alih-alih menganggap saat-saat hening sebagai masalah, ubahlah ia menjadi pekerja di pihak Anda untuk membuat pernyataan Anda berikutnya menjadi jauh lebih tajam. Gunakan keheningan sebagai sandaran ke poin utama dan audiens akan mendengarkan maksud Anda dengan lebih jelas.
3. Jangan menggunakan istilah-istilah yang rumit.
Cara tercepat untuk mengetahui apakah seseorang benar-benar tahu tentang apa yang dia bicarakan atau tidak adalah dengan memperhatikan berapa banyak kata-kata spesifik khas industri, atau istilah-istilah rumit, yang mereka gunakan. Jika kosakata mereka berupa peragaan busana seperti itu, kemungkinan mereka berbicara hanya dari segi teori dan kurang dari segi pengalaman.
Pembicara besar dan orang-orang dengan pembawaan diri yang baik tahu betul bagaimana untuk langsung sampai ke poin utama. Mereka tidak berputar atau menari di sekitarnya. Mereka tidak membuang segenggam, atau lebih, istilah-istilah yang rumit ke hadapan pendengarnya. Mereka mengatakan apa yang perlu dikatakan dan berhenti di situ. Tidak berbelit-belit.
Jika Anda menggunakan bahasa yang meninggalkan pendengar dalam keadaan bingung, janga harap itu akan membuat mereka terkesan. Sebaliknya, itu hanya membuat mereka frustasi. Tetap gunakan bahasa yang sederhana.
[nextpage title=”4. Jangan Mengutuk.”]
Kecuali Anda seorang penyihir, atau kecuali anda sudah membangun reputasi dan kesan karakter sebagai orang yang mudah risih dalam menerima dan atau mudah membuat orang risih dalam mengabarkan persoalan, yaitu dengan amarah dan kutukan. Perlu Anda ketahui bahwa 9 dari 10 orang mengatakan, lebih baik Anda meninggalkan kecenderungan seperti itu jauh di dalam rumah.
Ketika tiba waktunya memimpin sebuah ruangan, adalah sangat baik bagi Anda untuk menjaga aliran energi dan suasana agar sepositif mungkin. Karena, kecuali sudah mengenal lawan bicara dengan baik, maka kita tidak akan pernah tahu ke mana kata yang salah akan membawa Anda.
Jangan menambahkan variabel tambahan yang tidak perlu. Ini tidak berarti Anda harus menjaga bahasa Anda di tingkat yang paling tinggi. Cukup katakan apa yang Anda perlu katakan, dengan cara yang pantas untuk dikatakan.
5. Ceritakan sebuah kisah. Berceritalah!
Cerita adalah tentang bagaimana kita berhubungan satu sama lain. Cerita adalah fragmen yang memicu imajinasi Anda lalu mengubah pikiran menjadi perasaan dan sebuah ide menjadi kenyataan. Entah apakah itu untuk menjelaskan poin dan data, atau mengisyaratkan hasil dari kampanye, atau apa pun kasusnya, sangat baik bagi Anda untuk menjadi deskriptif di dalam bercerita. Gunakan kata-kata yang sifatnya sensorik – sentuhan, rasa, bau, perasaan, suara. Bawalah apa yang Anda ceritakan ke kehidupan, dan biarkan orang-orang di dalam ruangan menjadi bagian dari kisah itu.
Sebuah presentasi, atau pidato, atau bahkan satu kalimat dengan unsur tambahan berupa kisah, atau cerita akan mampu berubah bentuk menjadi sebuah pengalaman. (ark)