Wartakita.id – Pengereman tanpa teknik yang tadinya untuk menghindari tubrukan atau terperosok, tanpa teknik yang benar malah pengereman malah akan menjadi sebab pengendara motor mengalami kecelakaan.
Teknologi rem ABS (Anti Lock Braking System) memang telah banyak terpasang di sepeda motor keluaran 5 tahun terakhir yang menggunakan, itu pun serinya berbeda, dan tentu saja berharga lebih mahal.
Anti lock Braking dengan mekanisme pengeremannya dapat menghindari penguncian roda ketika dilakukan penghentian laju secara mendadak. Ketika menarik tuas rem secara mendadak, sensor sistem akan mendeteksi roda yang terkunci. Membuat piston rem secara otomatis melepaskan tekanan ke titik normal. Namun, saat roda berputar tekanan piston akan dikeraskan kembali.
Biasanya, proses dari titik normal menuju pengerasan piston ini akan berlangsung dengan cepat.
Bagaimana dengan para pembalap motoGP yang bisa melakukan pengereman dengan sempurna dan aman bahkan dari kecepatan 340 km per jam? Di luar teknologi ABS khusus motor pacu, para pembalap MotoGP mesti punya teknik rahasia pengereman.
3 Cara Pengereman Pembalap MotoGP
Ada tiga cara untuk membuat motor MotoGP terkendali lajunya dari kecepatan 340 km per jam, yakni:
- Menggunakan rem depan,
- Rem belakang
- Dan engine brake
Engine brake adalah teknik pengereman yang bantu oleh putaran mesin. Engine brake membantu memperlambat perputaran roda belakang secara elektronik, dengan cara menurunkan gigi lebih rendah secara bertahap.
Namun, engine brake hanya menyumbang sekitar 20 persen saja untuk membantu pengereman motor dari kecepatan tinggi. Sisanya, didominasi rem depan dengan porsi 70 persen dan rem belakang yang hanya 10 persen saja.
Para pengguna motor di Indonesia sudah sering menemukan kampas rem belakang lebih cepat habis, artinya rem belakang punya porsi lebih tinggi.
Kenapa rem depan dominan porsinya untuk mencegah laju motor menjadi liar tak terkendali saat melakukan pengereman.
Dengan menggunakan rem depan, artinya kontrol motor 100 persen berada di kedua lengan pengemudi, dengan memastikan ban depan punya traksi lebih.
Kemudian, porsi 70 persen tersebut dibantu juga dengan engine brake yang selain membantu pengereman, juga menjaga kesetabilan motor, karena membuat traksi roda belakang tidak berkurang signifikan saat melakukan pengereman.
Sisanya 10 persen, adalah rem belakang. Supporting untuk menghentikan laju emang sedikit, tapi 10 persen ini punya peran penting untuk mengendalikan dan mengarahkan motor saat melakukan pengereman.
There’s more than one way to slowdown a #MotoGP bike ⛔️
Take a closer look at the different types of braking and the control the rider has ???? pic.twitter.com/O1XqLjd8O3
— MotoGP™???? (@MotoGP) April 21, 2018
Bayangkan kalau porsinya dibalik. Rem belakang lebih dominan, maka traksi akan berpusat di roda belakang dan traksi roda depan berkurang drastis. Efeknya? Motor bisa saja tidak bisa berbelok atau tidak bisa diarahkan, sebab kehilangan traksi di roda depan.
Selain minimnya traksi di roda depan, dengan ban belakang yang menjadi pusat pengereman, maka bersiap saja buntut motor bakal bergerak tidak terkendali. Sedikit saja setang berbelok, maka motor dipastikan bakal slip dan melintir.
Itulah, kendati laju motornya 300 km per jam, pembalap motoGP tidak hanya sekadar memperlambat laju motor, tapi juga tetap mampu mengendalikan motornya dengan aman dan tanpa kehilangan kecepatan untuk segera memacu motornya di lintasan balap.