“Sulawesi Selatan sebagai salah satu penyangga pangan nasional memiliki posisi yang strategis, karena paling dekat dengan IKN, sehingga menjadi potensi besar untuk menyuplai bahan pangan ke IKN,” kata Muhammad Arsjad di sela “Sulsel Talk” yang diinisiasi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan di Makassar, Selasa.
Penjabat Sekda Provinsi Sulsel mengatakan, kebijakan nasional untuk memindahkan IKN ke Kalimantan Timur tinggal menghitung bulan, karena itu Sulsel harus siap menjemput peluang untuk memenuhi kebutuhan pangan IKN.
Menurutnya, yang paling penting posisi Sulsel letaknya sangat strategis, karena salah satu daerah yang sangat terdekat ke IKN, sehingga hasil produksi pertanian asal Sulsel dapat dinikmati di ibu kota negara yang baru itu.
Sementara itu, Kepala Perwakilan BI Sulsel Rizki Ernadi Wimanda mengatakan, pihaknya optimistis sektor pertanian Sulsel pada triwulan kedua Tahun 2024 akan berkontribusi positif dengan adanya panen raya sejak April 2024 lalu.
“Kami berharap di triwulan kedua ini pertanian sudah berkontribusi positif, kemarin ya negatif tiga kali berturut-turut karena dampak El Nino. Namun ini dengan adanya panen raya di April maka Insya Allah akan positif meningkatkan PDB kita,” ujarnya.
Sementara itu, potensi Sulsel untuk memasok pangan ke IKN tergambar pada data Badan Pusat Statistik (BPS) Sulsel yang melansir rata-rata produksi pertanian Sulsel sebanyak 5,3 juta ton beras per tahun.
Dari jumlah produksi tersebut, sekitar 2,5 juta ton surplus yang biasa diantarpulaukan pedagang ataupun diserap Perum Bulog untuk persediaan beras mobilitas nasional yang didistribusikan pada saat terjadi bencana alam atau bencana sosial. Termasuk untuk pengadaan beras operasi pasar (OP) dalam mengendalikan inflasi di lapangan.
Suasana kegiatan “Sulsel Talk” yang mengusung tema “Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi Sulsel dan Upaya Menjaga Stabilitas Harga Pangan” yang digelar Perwakilan Bi Sulsel di Makassar, kemarin (21/5).