Meskipun terjadi penurunan pada bulan April, namun data dua minggu terakhir menunjukkan jumlah kasus yang masih stabil, yaitu sebanyak 18 orang.
“Kurvanya itu memang sempat naik dari Januari 47, Februari 74 dan Maret 114, ini April belum update tapi terakhir dua minggu lalu 18 orang,” katanya.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Makassar, dr Nursaidah Sirajuddin mengungkap, puncak kasus DBD terjadi pada bulan Maret, dengan jumlah mencapai 114 kasus.
Dinkes Makassar mengambil langkah serius dengan memaksimalkan upaya pencegahan DBD, terutama melalui kebersihan lingkungan sekitar, melalui program 3M+ (Menguras, Mengubur, dan Menutup) dalam membasmi jentik nyamuk Aedes aegypti yang menjadi penyebab DBD.
Salah satu kesalahpahaman yang ingin diatasi adalah pandangan bahwa vogging adalah solusi utama untuk mengendalikan populasi nyamuk.
dr Nursaidah menjelaskan bahwa vogging hanya efektif dalam membunuh nyamuk dewasa yang terbang dalam radius 100 meter, sedangkan untuk pencegahan DBD, yang lebih penting adalah membasmi jentik nyamuk.
“Bukan berarti banyak nyamuk ayo deh di vogging bukan seperti itu. Pencegahannya bagaimana membunuh jentik nyamuk yang ada. Makanya diperlukan masyarakat minimal dalam rumah ada namanya jumantik juru pemantau jentik baik dalam rumah atau lingkungan untuk menilai adakah jentik disekitarnya karena itulah nanti yang membawa nyamuk dewasa penyebab DBD,” lanjutnya.
“Dengan peran aktif masyarakat dan upaya bersama dari Diskes, diharapkan penyebaran DBD dapat ditekan, terutama menghadapi musim pancaroba yang menjadi periode rawan peningkatan kasus” tutupnya.
Masyarakat diimbau untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya kebersihan lingkungan dan aktif dalam memantau keberadaan jentik nyamuk di sekitar rumah.