JAKARTA – Pada pekan ini dapat dikatakan menjadi pekan yang sangat baik pasar keuangan Indonesia, karena Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan rupiah kompak menguat.
Sepanjang pekan ini, indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut melesat 0,96% secara point-to-point (ptp). IHSG juga berhasil kembali menyentuh level psikologis 7.300 pada pekan ini.
Bahkan, IHSG pada pekan ini berhasil mencetak rekor selama dua kali. Rekor pertama dicetak pada perdagangan Kamis lalu di 7.373,96 dan yang kedua yakni pada Jumat lalu di 7.381,907. Sedangkan rupiah sepanjang pekan ini menguat 0,7% ke posisi Rp 15.585/US$ dan menjadikan posisi saat ini yang terkuat sejak 15 Januari 2024.
Hal ini tentunya karena adanya kabar positif dari global dan dalam negeri, seperti adanya sedikit kepastian kapan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) dipangkas, mendinginnya data tenaga kerja AS, dan masih membaiknya cadangan devisa RI.
Kepastian terkait pemangkasan suku bunga memang masih belum terlihat jelas. Tetapi, The Fed telah mengindikasikan akan memangkas suku bunga acuannya pada tahun ini.
Meskipun begitu, pasar global sudah memprediksi bahwa pemangkasan suku bunga The Fed dapat dilakukan pada Juni mendatang.
Menurut perangkat FedWatch, pasar melihat pemangkasan suku bunga akan dimulai pada Juni 2024 ke target 5%-5,25%. Turun 25 basis poin dari target suku bunga saat ini 5,25%-5,5%.
Hingga akhir tahun ini, pasar memperkirakan suku bunga The Fed akan turun hingga ke target 4%-4,25% atau turun 125 basis poin dari saat ini. Terlepas dari kondisi tersebut, pada pekan depan, pasar akan dihadapi oleh beberapa sentimen meski di Indonesia pasar keuangan pada pekan depan baru mulai dibuka pada Rabu, karena ada libur panjang dalam rangka Hari Nyepi.
Namun, apa saja sentimen pasar pekan depan? Berikut daftarnya.
1. Pekan pertama puasa Ramadhan 1445 H, ekonomi RI bagaimana?
Pada pekan depan, menjadi pekan pertama Ramadhan 1445 H atau 2024. Diprediksi, pada Senin besok menjadi hari pertama puasa Ramadhan 1445 H. Namun, hal ini masih menanti hasil sidang isbat, di mana sidang penentuan 1 Ramadhan 1445 H ini akan dilakukan sore hari ini.
Namun untuk Muhammadiyah, 1 Ramadhan 1445 H sudah ditetapkan pada Senin besok.
Saat Ramadhan tiba, tentunya ada beberapa fenomena ekonomi yang cenderung unik di Indonesia seperti inflasi yang melonjak dan pola konsumsi masyarakat yang naik drastis.
Inflasi diperkirakan meningkat tajam pada Maret atau berbarengan dengan datangnya bulan Ramadhan mengingat secara historis bulan puasa bakal mengerek harga barang dan jasa. Kondisi ini bisa membatasi ruang Bank Indonesia dalam memangkas suku bunga dalam waktu dekat.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa inflasi Februari 2024 (yoy) tercatat2,75%sementara bulanan (mtm) Februari 2024 sebesar 0,37% dan tingkat inflasi year to date (ytd) Februari 2024 sebesar 0,41%.
Tingginya inflasi ini diakibatkan oleh lonjakan harga makanan, minuman, dan tembakau khususnya harga beras.Untuk diketahui, andil makanan, minuman, dan tembakau sebesar 0,29% dengan tingkat inflasi 1% mtm.
BPS menyebut beras memberikan andil terbesar pada inflasi bulan Februari, yakni 0,21%. Kemudian komoditas cabai merah juga menyumbang inflasi dengan andil 0,09%, telur ayam 0,04%, dan daging ayam 0,02%.
Begitu pula secara tahunan, makanan, minuman, dan tembakau memiliki andil yang paling tinggi dalam inflasi Februari yakni sebesar 1,79% dengan kenaikan 6,36% yoy.
Secara historis, inflasi Indonesia akan mencapai puncak pada Ramadan, terutama menjelang Idul Fitri. Inflasi melonjak karena adanya kenaikan permintaan mulai dari barang hingga jasa, seperti pakaian dan jasa transportasi. Pengecualian terjadi pada 2020 saat pandemi Covid-19 melanda dunia.
Pada Maret 2020 inflasi bulanan hanya naik sebesar 0,1% dan pada April 2020 tercatat 0,08%. Alasan dibaliknya yakni akibat pandemi Covid-19 yang berdampak kepada daya beli masyarakat yang turun.
Inflasi yang diramal naik pada Maret akan berimplikasi terhadap beberapa hal, termasuk suku bunga. Inflasi yoy) yang mencapai 2,75% masih berada dalam rentang target Bank Indonesia (BI) di level 1,5-3,5% pada 2024.
Tugas utama BI adalah menjaga stabilitas inflasi. Bila inflasi kembali menanjak maka hal itu bisa menjadi kekhawatiran BI dan mempersempit ruang BI dalam memangkas suku bunga dalam jangka pendek.
Dalam laporan Bank Central Asia (BCA), inflasi diperkirakan naik kembali ke level 3% yoy dalam jangka pendek. Kenaikan inflasi dipicu tiga hal yakni lonjakan permintaan barang selama Ramadhan, depresiasi nilai tukar rupiah, serta meningkatnya harga minyak mentah.
Permintaan barang yang biasanya naik selama Ramadhan adalah beras, telur, minyak goreng, daging ayam, dan pakaian. Sementara itu, permintaan jasa yang biasanya naik adalah transportasi.
Selain permintaan barang, pelemahan rupiah juga mengerek inflasi melalui imported inflation. Dilansir dariRefinitiv, hingga pukul 11:15 hari ini, rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sebesar 0,13% di angka Rp15.715/US$.
Begitu pula disepanjang pekan lalu, rupiah juga mengalami depresiasi sebesar 0,67% yang mematahkan tren penguatan secara mingguan di periode sebelumnya.
“Pelemahan rupiah yang tajam bisa memicu kenaikan inflasi inti dalam beberapa bulan ke depan karena perusahaan mulai menjual inventori yang dibeli melalui impor dengan harga yang lebih mahal,” tulis BCAdalam laporannyaCPI: An inflection point for disinflation?
2. PDB Final Jepang Kuartal IV-2023.
Saat pasar keuangan RI libur dalam rangka Hari Nyepi sekaligus bakal menjadi hari pertama Ramadhan 1445, ada sentimen pasar dari Jepang yang cukup penting yakni data final pertumbuhan ekonomi atau produk domestik bruto (PDB) Jepang pada kuartal IV-2023.
Konsensus pasar dalam Trading Economics memperkirakan PDB final Jepang pada kuartal IV-2023 pulih menjadi 1,1% secara tahunan (year-on-year/yoy) dan tumbuh pulih menjadi 0,3% secara basis kuartalan (quarter-to-quarter/qtq).
Data perkiraan final ini lebih tinggi disebabkan oleh data aktivitas yang lebih baik dari perkiraan pada Desember 2023. Data tersebut muncul pada saat seruan hawkish terhadap bank G10 yang paling dovish di dunia semakin meningkat.
Analis di ING menyoroti bahwa revisi PDB bisa menjadi “perkembangan penting karena dapat memberikan kepercayaan lebih besar kepada Bank of Japan terhadap pemulihan ekonomi.”
Sebelumnya pada data awal PDB Jepang kuartal IV-2023, melaporkan kontraksi selama dua kuartal berturut-turut. Ekonomi turun 0,4% secara tahunan (year-on-year/yoy), setelah melaprkan kontraksi atau minus (-) 3,3% pada kuartal III-2023.
Laporan produk domestik bruto (PDB) terbaru itu jauh meleset dari perkiraan pertumbuhan 1,4% dalam jajak pendapat para ekonomReuters. Secara kuartalan (quarter-to-quarter/qtq), PDB turun 0,1%, dibandingkan dengan perkiraan kenaikan 0,3% dalam jajak pendapatReuters.
Sepanjang tahun 2023, PDB nominal Jepang tumbuh 5,7% dibandingkan tahun 2023. Ini sekitar 591,48 triliun yen (Rp 61.673 triliun).
3. Inflasi di AS
Pada Selasa pekan depan, tepatnya saat pasar keuangan Indonesia masih libur dalam rangka cuti bersama Hari Nyepi, data inflasi AS periode Februari 2024 akan dirilis.
Konsensus pasar memperkirakan inflasi Negeri Paman Sam pada bulan lalu cenderung tidak berubah dari Januari lalu yakni sebesar 3,1% (yoy). Sedangkan secara bulanan (month-to-month/mtm), inflasi AS diperkirakan sedikit naik menjadi 0,4%.
Adapun inflasi inti, yang tidak termasuk harga makanan dan energi yang bergejolak, diperkirakan melandai 3,7% (yoy) pada bulan lalu. Sedangkan inflasi inti bulanan diprediksi turun menjadi 0,3%.
Pembacaan inflasi ini akan dipantau ketat oleh pelaku pasar, mengingat The Fed sudah memberikan pernyataanya bahwa suku bunga acuan bakal dipangkas pada tahun ini, meski The Fed juga tetap berhati-hati untuk merubah sikapnya.
Sebelumnya pada minggu ini, Ketua The Fed Jerome Powell mengatakan kepada anggota parlemen bahwa meskipun inflasi masih di atas 2%, inflasi telah menurun secara signifikan akhir-akhir ini.
Namun, Powell menyatakan bahwa tidak tepat untuk menurunkan suku bunga kebijakan sampai para pengambil kebijakan mempunyai keyakinan yang lebih besar bahwa inflasi bergerak secara berkelanjutan menuju angka 2%.
The Fed juga menambahkan bahwa mereka tidak mengharapkan inflasi turun hingga ke angka 2%, sebaliknya, keberlanjutan langkah ini lebih penting dalam menilai prospeknya.
4. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indonesia
Dua setelah libur panjang Hari Nyepi, yakni pada Kamis pekan depan, data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indonesia periode Februari 2024 akan dirilis. Konsensus pasar dalam Trading Economics memperkirakan IKK RI bulan lalu cenderung naik menjadi 126.
Jika benar-benar demikian, maka hal tersebut menandakan konsumen cenderung optimistis. IKK menggunakan angka 100 sebagai titik mula. Skor di atas 100 menandakan konsumen optimistis melihat situasi ekonomi.
Sebelumnya pada Januari lalu, Survei Konsumen Bank Indonesia menunjukkan IKK RI mencapai sebesar 125,0, lebih tinggi dibandingkan 123,8 pada bulan sebelumnya.
Meningkatnya keyakinan konsumen pada Januari 2024 didorong oleh menguatnya Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK). IKE tercatat meningkat didukung oleh Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja dan Indeks Penghasilan Saat Ini.
Sementara itu, IEK yang menunjukkan ekspektasi konsumen pada 6 bulan mendatang juga tercatat meningkat didorong oleh Indeks Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja dan Indeks Ekspektasi Kegiatan Usaha.
Pada Januari 2024, keyakinan konsumen terpantau tetap optimis pada seluruh kategori pengeluaran. Peningkatan optimisme tertinggi tercatat pada responden dengan pengeluaran Rp 4,1-5 juta.Berdasarkan usia, keyakinan konsumen pada Januari 2024 juga terpantau optimis utamanya pada kelompok usia 20-30 tahun.
Secara spasial, IKK meningkat di sebagian besar kota yang disurvei, terbesar di Kota Medan (14,5 poin), diikuti Ambon (11,2 poin) dan Padang (8,8 poin). Sementara itu, sebagian kota lainnya mencatat penurunan IKK, terutama di Kota Palembang (9,4 poin), diikuti Pangkal Pinang (4,2 poin) dan Bandung (4,1 poin).
5. Neraca Perdagangan Indonesia
Pada Jumat pekan depan, data neraca perdagangan RI periode Februari 2024 akan dirilis. Sebelumnya pada Januari lalu, Badan Pusat Statistik (BPS)melaporkan neraca perdagangan RI mencatatkan surplus US$ 2,01 miliar.
Surplus tersebut lebih rendah dibandingkan Januari 2024 yang mencapai US$ 3,31 miliar. Jika neraca perdagangan kembali mencetak surplus maka Indonesia sudah membukukan surplus selama 43 bulan beruntun.
Catatan panjang ini menjadi tersendiri bagi Presiden Joko Widodo (Jokowi) karena belum pernah terjadi di Era Reformasi.
Sementara ekspor Indonesia pada Januari 2024 turun 8,06% (yoy) menjadi US$ 20,52 miliar. Sedangkanimpor US$ 18,51 miliar atau naik 0,36%.
6. Pembagian dividen bank raksasa dimulai
Pada pekan ini, pembagian dividen di beberapa bank raksasa di RI yang sudah ditunggu-tunggu oleh pasar pun akan dimulai. Pada Rabu pekan depan, ada PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), di mana pada Rabu pekan depan sudah dimulai periode pembagian dividen yakni periode cum date.
BBRI akan membagikan dividennya sebesar 80% darilaba bersih tahun buku 2023 atau Rp 48,1 triliun.Nilai tersebut setara dengan Rp 319 per lembar saham.
Kemudian pada Kamis pekan depan, giliran PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) yang akan memulai periode pembagian dividennya, yakni periode cum date dividen.
BBNI akan membagikan dividennya sebesar50% dari laba bersih tahun buku 2023.Dengan demikian bank akan memberikan pembagian keuntungan kepada investor senilai Rp 10,45 triliun atau Rp 280,49 per lembar saham.Rasio dividen pada tahun ini naik dibandingkan dengan periode sebelumnya yang sebesar 40%.
Selain dividen BBRI dan BBNI, bank raksasa PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) juga akan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada pekan depan, tepatnya pada Kamis mendatang.
Adapun agenda RUPST BBCA kali ini salah satunya yakni terkait kebijakan pembagian dividen untuk tahun buku 2023.