Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran (Unpad), Prof. apt. Muchtaridi, PhD pun menjelaskan seberapa bahaya kandungan dua senyawa tersebut. Menurut Muchtaridi, dietilen glikol dan etilen glikol merupakan senyawa pelarut organik dengan rasa manis yang kerap disalahgunakan untuk pelarut obat.
Kelarutan dan rasa manisnya tersebut kerap disalahgunakan untuk mengganti propilen glikol atau polietiken glikol. “Masalahnya, dietilen glikol dan etilen mengalami oksidasi oleh enzim,” kata Muchtaridi, dilansir dari laman Unpad, Kamis, 20 Oktober 2022.
Propilen glikol atau polietiken glikol akan mengalami oksidasi oleh enzim sehingga menjadi glikol aldehid kemudian kembali dioksidasi menjadi asam glikol oksalat dan kemudian membentuk lagi menjadi asam oksalat. Ternyata, asam oksalat inilah yang memicu membentuk batu ginjal.
Muchtaridi mengatakan, asam oksalat jika sudah mengkristal akan berbentuk seperti jarum tajam. Asam oksalat kelarutannya kecil, kalau ketemu kalsium akan terbetuk garam yang sukar larut air dan larinya akan ke organ seperti empedu dan ginjal.
“Jika lari ke ginjal akan jadi batu ginjal. Kristalnya tajam akan mencederai ginjal,” terangnya.
Kondisi ini akan parah jika terjadi pada anak-anak, karena memiliki ukuran ginjal lebih kecil. Sehingga dampak yang ditimbulkan pun akan lebih parah ketimbang orang dewasa.
Tidak hanya menyerang di ginjal, efeknya bahkan bisa lari ke jantung dan juga bisa memicu kematian yang cepat. “Yang paling berbahaya ketika kondisi ini terjadi di negara-negara kering. Kondisi dehidrasi akan mempercepat pembentukan asam oksalatnya. Contohnya seperti di Gambia,” ujarnya.
Efek samping yang berbahaya inilah yang sebenarnya membuat dietilen glikol dan etilen glikol dilarang ketat penggunaannya dalam obat oleh Food and Drugs Administration (FDA) sejak 1938. Namun, pada 1998, India mencatat ada kasus sedikitnya 150 anak meninggal dengan penyakit yang sama dalam lima tahun terakhir.
Produsen Nakal
Setelah diinvestigasi, 26 kasus dinyatakan positif karena dietilen glikol yang terkandung dalam obat flu. Ia mengungkap, oknum produsen farmasi “nakal” masih menggunakan dua senyawa ini karena mudah diproduksi dan murah dibandingkan pelarut-pelarut lainnya.
Bagaimana di Indonesia?
Muchtaridi mengatakan, kematian akibat gagal ginjal akut misterius di Indonesia masih perlu ditelusuri lebih lanjut apakah karena dua senyawa tersebut atau bukan. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) ini menyatakan bahwa obat yang menyebabkan kematian di Gambia tidak terdaftar di Indonesia.
Meski demikian, ia menegaskan, parasetamol merupakan analgesik paling aman untuk demam. “Ada analgesik lain, contohnya ibuprofen. Ketika demamnya tinggi dan terindikasi demam berdarah di mana sel darahnya terganggu, minum ibuprofen justru akan memperparah. Yang paling aman justru parasetamol,” tegasnya.
Bagi masyarakat yang ingin menghindari dahulu penggunaan parasetamol sirup, Muchtaridi menyarankan untuk mengonsumsi parasetamol berbentuk tablet. Selain itu, penggunaan puyer dinilai lebih manjur untuk dikonsumsi anak-anak.
“Kalau anak-anak susah makan puyer, bisa dicampur dengan air yang bisa diperoleh di apotek. Itu kalau masih takut akan parasetamol sirup,” pungkasnya.
Retno menambahkan, selain membatasi obat-obatan sirup, tim medis meminta para orangtua yang memiliki anak dibawah usia 6 tahun untuk lebih waspada dan melakukan deteksi dini atas kesehatan anaknya. Diantaranya mendeteksi adanya gejala penurunan volume atau frekuensi urin atau tidak ada urin baik dengan atau tanpa gejala demam.
Selain itu mengecek kepekatan urin pada anak-anak secara berkala. Begitu pula munculnya gejala batuk pilek perlu yang disertai diare pada anak-anak.
“Orang tua yang memiliki anak terutama yang berusia balita, diimbau sementara tidak mengkonsumsi obat-obatan yang didapatkan secara bebas tanpa anjuran dari tenaga kesehatan yang kompeten sampai dilakukan pengumuman resmi pemerintah,” paparnya.
Sebelumnya 13 anak dinyatakan mengalami gagal ginjal akut di DIY. Kasus tersebut muncul periode Januari hingga Oktober 2022. Dari 13 kasus tersebut, 6 anak meninggal dunia, 3 anak dinyatakan sembuh, 4 anak masih menjalani rawat inap.
Satu anak dalam perawatan intensif sedangkan tiga anak di perawatan biasa. Dari 13 kasus tersebut, 6 anak berasal dari DIY dan 7 anak dari luar DIY, seperti Jawa Tengah dan Jawa Timur.