Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 yang dilakukan pada 33 provinsi di Indonesia dan 497 kota atau kabupaten menunjukkan proporsi anemia pada ibu hamil sebesar 37,1%, dengan persentase yang tidak jauh berbeda antara wilayah perkotaan (36,4%) dan perdesaan (37,8%). Anemia adalah keadaan rendahnya konsentrasi hemoglobin (Hb) atau hematokrit berdasarkan nilai ambang batas (referensi) yang dipicu oleh rendahnya produksi sel darah merah (eritrosit) dan Hb. Hal ini timbul akibat meningkatnya kerusakan eritrosit (hemalisis), atau kehilangan darah yang berlebihan.
Dinas kesehatan provinsi Sulawesi Selatan tahun 2011 menunjukkan data tentang kabupaten/kota dengan angka prevalensi anemia gizi ibu hamil yang cukup tinggi antara lain; Kota Makassar sebanyak 388 ibu hamil, Kabupaten Barru sebanyak 135 ibu hamil, Kabupaten Sidrap sebanyak 126 ibu hamil, Kabupaten Bantaeng dengan 121 ibu hamil dan Kabupaten Gowa sebanyak 120 ibu hamil. Sementara itu jumlah ibu hamil yang mengalami anemia gizi dalam tiga tahun terakhir di kota Parepare juga cukup tinggi yaitu pada tahun 2014 (695 bumil), kemudian turun pada tahun 2015 (271 bumil), dan angkanya naik lagi pada tahun 2016 (671 bumil), berdasarkan data Dinkes Kota Parepare tahun 2016.
Ibu hamil sebetulnya dapat dicegah agar tidak mengalami anemia gizi dengan memberikan informasi lebih awal kepada calon ibu dalam hal ini calon pengantin. Ada berbagai kegiatan yang telah berjalan selama ini dalam pemberian informasi oleh petugas kesehatan yakni bidan kepada ibu hamil. Edukasi langsung diberikan ke sasaran mengenai upaya pencegahan kejadian anemia pada saat kunjungan pertama ibu hamil dalam masa kehamilannya yang dikenal ANC K1 (Antenatal Care Kunjungan Pertama). Namun upaya ini dinilai sudah terlambat, oleh karena edukasi tentang urgensi kunjungan ANC harusnya dilakukan sebelum seorang ibu memasuki masa kehamilan.
Ada salah satu even budaya yang dapat dimanfaatkan sebagai entry point untuk mengedukasi seorang ibu sebelum kehamilan terjadi, yakni upacara adat Mappacci, yang merupakan rangkaian dari prosesi pernikahan adat Bugis-Makassar. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Citrakesumasari, Susilowati, Suriah dan Bohari pada tahun 2012 di Kabupaten Barru, memperlihatkan bahwa Kader Posyandu dan Tokoh Masyarakat (TOMA) dapat dilatih menjadi edukator lokal dalam memberikan informasi terkait pencegahan kejadian anemia gizi pada ibu hamil. Edukator lokal tersebut menyampaikan informasi di sela-sela acara adat Mappacci disertai media KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) berupa lembar balik dan modul yang berisi pesan tentang pencegahan anemia gizi pada ibu hamil dikaitkan dengan simbol-simbol perlengkapan adat Mappacci.
Sebagai kota terbesar kedua setelah Makassar, Parepare dengan jumlah ibu hamil anemia gizi yang cukup tinggi, tentunya membutuhkan perhatian berbagai pihak. Oleh karena ibu hamil yang anemia berisiko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR), dapat pula menyebabkan anemia pada bayi baru lahir serta mudah mengalami infeksi. Lokasi puskesmas dan kecamatan dengan jumlah ibu hamil anemia yang lebih banyak dibandingkan wilayah lainnya di Kota Parepare adalah wilayah kerja Puskesmas Lumpue yang terletak di Kecamatan Bacukiki Barat. Pada lokasi ini juga memiliki jumlah Kader Posyandu paling banyak yang berpotensi untuk berkontribusi dalam mengedukasi ibu hamil tentang pencegahan anemia.
Pemberian informasi tentang anemia oleh petugas kesehatan kepada ibu hamil, seringkali belum menjangkau sasaran yang tidak berkunjung ke pelayanan kesehatan. Ibu terpapar informasi pada saat mereka dalam periode kehamilan sehingga jika ditemukan kejadian anemia gizi tidak dapat dicegah lagi. Selain itu, jumlah petugas kesehatan masih sangat terbatas untuk menjangkau sasaran hingga ke tatanan rumah tangga. Dengan demikian dibutuhkan upaya untuk melibatkan sumberdaya potensial di masyarakat seperti Kader Posyandu dan Tokoh Masyarakat. Upaya yang dimaksud adalah mengadakan pelatihan kepada Kader Posyandu dan Tokoh Masyarakat di Kota Parepare sebagai edukator lokal. Oleh karena merekalah orang setempat yang dekat dengan sasaran komunitas yakni calon ibu.
Kegiatan pelatihan ini merupakan rangkaian kegiatan pengabdian masyarakat dengan judul: “Aplikasi Media KIE bagi Calon Pengantin tentang Anemia Gizi dan Kurang Energi Kronik (KEK) di Kota Parepare”. Pelaksana kegiatan pengabdian oleh dosen Unhas yang tergabung dalam Tim Pengabdian Masyarakat dengan skim IbM (Ipteks bagi Masyarakat) yang diketuai oleh Dr. Suriah, S.KM, M.Kes yang merupakan dosen di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
Kegiatan pelatihan berlangsung selama dua hari yaitu pada tanggal 26-27 Agustus 2017 di Kota Parepare, diikuti oleh Kader Posyandu dan Tokoh Masyarakat di Kecamatan Bacukiki Barat. Sebagai Narasumber acara; Dr. Suriah, S.KM, M.Kes dan Dr. dr. Citrakesumasari, M.Kes, Sp.GK. Kegiatan ini menghasilkan 10 orang Kader Posyandu dan Tokoh Masyarakat di Kecamatan Bacukiki Barat Kota Parepare yang memiliki skill sebagai eduKator lokal tentang anemia gizi. Alumni pelatihan ini kemudian menyampaikan pesan gizi yang dikaitkan dengan makna simbol-simbol perlengkapan Mappacci, dalam acara pernikahan adat Bugis di Parepare.
Kegiatan edukasi pencegahan anemia gizi kepada calon pengantin yang dilakukan oleh Kader Posyandu di Wilayah Lumpue Kecamatan Bacukiki Barat Parepare dalam acara Mappacci yang berlangsung pada hari Minggu malam tanggal 1 Oktober 2017Edukator lokal yang telah dilatih selain memperoleh bekal keterampilan mengedukasi juga dilengkapi dengan media KIE berupa buklet saku yang berisi informasi tentang pencegahan anemia gizi yang dikaitkan makna simbol-simbol perlengkapan Mappacci seperti; Benno (Gabah yang digoreng kering hingga mekar), Pesse’ Pelleng (Lilin dari kemiri dan kapas), Angkangulung (Bantal), Lipa’ (Sarung), Daun Loka (Daun pisang), Daun Panasa (Daun Nangka) dan Appaccingeng (Wadah untuk daun pacar/pacci).
Melalui penyelenggaraan kegiatan pengabdian dosen seperti ini, diharapkan agar Dinas Kesehatan Kota Parepare dalam hal ini bidang Gizi Masyarakat dan Promosi Kesehatan dapat bekerjasama dengan bidang di luar kesehatan yaitu KUA dan elemen masyarakat seperti Kader Posyandu dan TOMA. Dilain pihak dapat pula berperan dalam menyebarluaskan hasil kegiatan pengabdian kepada seluruh sasaran yang ada di 3 kecamatan lainnya sekota Parepare, sehingga mampu berkontribusi untuk mengatasi masalah anemia gizi pada ibu hamil di Kota Parepare. (Tulisan kiriman: Dr. Suriah, S.KM, M.KesDr. Suriah, S.KM, M.Kes. Ketua Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin.)