Wartakita.id MAKASSAR – Pertumbuhan industri properti untuk kalangan menengah ke atas di Sulawesi Selatan pada tahun ini diprediksi akan tumbuh dua kali lipat atau mencapai 10% dibandingkan dengan pertumbuhan 2015.
Hal tersebut didorong oleh perbaikan kondisi ekonomi nasional dan global dan tumbuhnya rasa percaya diri untuk kembali berinvestasi.
Ketua DPD Real Estate Indonesia Sulawesi Selatan M. Arief Mone mengatakan, pihaknya optimistis bisa menjual lebih dari 15.000 unit rumah nonsubsidi sepanjang tahun ini. Pasalnya, masyarakat sudah tidak wait and see dan siap menginvestasikan uangnya pada produk properti.
“Di awal tahun ini pasar kelas menengah ke atas sudah mulai bergairah, karena sebenarnya selama mereka punya uang tetapi lebih memilih deposito ketimbang investasi,” katanya di Makassar, belum lama ini.
Arief mengakui, sejak tiga tahun terakhir pertumbuhan properti di Sulsel maksimal hanya 5% atau melambat karena tertekan kebijakan pengetatan uang muka loan to value Bank Indonesia. Ditambah dengan adanya gonjang-ganjing kondisi moneter dalam negeri.
Dengan realisasi pertumbuhan ekonomi nasional yang cukup baik, ditambah dengan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan yang selalu di atas rata-rata nasional, menjadi sinyal positif untuk bisnis properti.
Di sisi lain, beberapa proyek infrastruktur milik Pemerintah Provinsi pun sudah berjalan, sehingga bisa lebih memuluskan dan mempercepat pembangunan dan pengembangan wilayah.
Adapun wilayah utama pengembangan properti di kawasan Sulsel masih berpusat di kawasan Makassar, Maros, Sungguminasa dan Takalar atau kawasan Kota Metropolitan Mamminasata.
“Lahan di Makassar sudah sempit, sekarang semuanya bergeser ke wilayah penyangga di sekitar Makassar,”
Sementara itu, terkait pembangunan rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), DPRD REI Sulsel berkomitmen untuk merealisasikan target 10.000 unit, meningkat dari realisasi sepanjang tahun lalu yang hanya 6.000 unit.
“Tahun lalu programnya baru dimulai pertengahan tahun, jadi pembangunannya tidak bisa optimal,”
Hal senada disampaikan oleh Plt Ketua Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Indonesia (Apersi) Sulsel Yunus Genda.
Dia juga optimistis pihaknya bisa membangun 10.000 unit rumah untuk MBR. Hal itu didukung oleh para developer yang mulai ekspasif pada tahun ini.
“Adanya kenaikan harga rumah bersubsidi memberikan angin segar bagi para developer, sehingga mereka menjadi lebih semangat untuk memenuhi permintaan dari konsumen,”
Oleh karena itu, dia pun optimistis pertumbuhan bisnis properti untuk kalangan menengah ke bawah di Sulsel bisa tumbuh hingga lebih dari 10% sepanjang 2016.
“Kami sudah mendapat data kebutuhan rumah dari TNI/Polri juga dari perusahaan-perusahaan untuk memfasilitasi anggota dan karyawannya, jumlahnya sudah mencapai ribuan,” (*)