Kamu membuat target, tapi kemudian ditunda-tunda.
Kamu membuat daftar kegiatan, tapi kemudian diabaikan
Ini terus berulang-ulang terjadi. Sebenarnya, apa masalahmu?
Mengapa kita amat mahir dalam berpikir dan merencanakan apa yang harus dilakukan tapi berantakan ketika akan melaksanakannya?
Masalahnya adalah, kita seringkali telah melewati langkah penting, berikut penjelasannya.
Kesalahan Semua Sistem Produktivitas
Amat langka sistem atau metode produktivitas yang memasukkan emosi sebagai faktor penentu. Dan perasaan serta emosi adalah hal mendasar yang tidak terpisahkan dari setiap kegiatan yang manusia lakukan.
Kita tidak bisa mengabaikan emosi, karena begitulah susunan struktur otak kita, ketika pikiran dan perasaan bersaing, perasaan hampir selalu menang.
Dan kita tidak bisa melawan perasaan sendiri, hasil penelitian menunjukkan melawan emosi hanya akan membuatnya semakin kuat.
…when experimental subjects are told of an unhappy event, but then instructed to try not to feel sad about it, they end up feeling worse than people who are informed of the event, but given no instructions about how to feel. In another study, when patients who were suffering from panic disorders listened to relaxation tapes, their hearts beat faster than patients who listened to audiobooks with no explicitly ‘relaxing’ content. Bereaved people who make the most effort to avoid feeling grief, research suggests, take the longest to recover from their loss. Our efforts at mental suppression fail in the sexual arena, too: people instructed not to think about sex exhibit greater arousal, as measured by the electrical conductivity of their skin, than those not instructed to suppress such thoughts
Dalam bukunya “Switch”, Chip dan Dan Heath mengatakan emosi dan perasaan adalah bagian penting dari langkah mengeksekusi setiap rencana.
“Fokuslan pada emosi. Mengetahui sesuatu tidak cukup banyak untuk menjadi sebab perubahan. Buatlah orang lain (atau dirimu sendiri) merasakan sesuatu.”
Semua orang memiliki rencana, target, dan kebutuhan, tapi yang membedakannya dalah hasrat ingin meraihnya, dan itu adalah emosi.
Kita harus memikirkan perencanaan tapi kita harus merasakan dorongan untuk beraksi dan mewujudkan rencana.
Bagaimana menjadikan emosi dan perasaan sebagai bahan bakar menyelesaikan semua rencana:
1. Berbaik sangka
Kapan kita paling sering menunda-nunda? Ketika sedang bad mood.
Jadi penundaan adalah teknik mood-management. Meskipun kita menganggap makan atau mengkonsumsi obat bisa membantu, sebenarnya anggapan tersebut tidak sepenuhnya betul. Kadang berhasil, dan lebih sering gagal, mood tidak membaik obesitas dan ketergantungan obat yang datang.
Dari kalangan pelajar yang paling suka menunda, mengatakan suasana hati mereka bisa diubah oleh mereka yang memiliki akses ke perasaan mereka untuk memberikan pengalihan yang menyenangkan.
Sementara itu, penelitian menunjukkan kebahagiaan meningkatkan produktivitas dan membuatmu makin sukses.
Apa yang dilakukan oleh pelatih tentara untuk menguatkan mental pasukannya? Bukan dengan berperang satu sama lain. Tapi dengan optimisme.
Jadi bagaimana bisa merasa optimistis jika tidak merasakannya? Jika susasan hatimu berantakan?
Dengan mengamati kemajuan dan rayakan, sekecil apapun itu. Penelitian Teresa Amabile dari Harvard menemukan tidak ada yang lebih memotivasi kecuali mengetahui ada kemajuan capaian.
Baiklah, kesimpulannya bukan buruk sangka dan perasaan negatif lainnya yang membuatmu menunda, tapi belum mampu mengatur suasana hati. Lalu apa yang menahan lajumu mewujudkan rencana?
2. Dapatkan Imbalan
Imbalan terasa menyenangkan. Hukuman memberikan rasa bersalah. Dan itulah sebabnya mengapa sistem klasik imbalan dan hukuman bisa berfungsi baik untuk memotivasi.
Penellitian menunjukkan bahwa imbalan bertanggung jawab pada tiga perempat dari sebab mengapa seseorang mau melakukan sesuatu.
Via The 100 Simple Secrets of Successful People:
Researchers find that perceived self-interest, the rewards one believes are at stake, is the most significant factor in predicting dedication and satisfaction toward work. It accounts for about 75 percent of personal motivation toward accomplishment. – Dickinson 1999
Jadi hargai dirimu, rayakan ketika berhasil melaksanakan daftar rencana. (Memang, kita melatih hewan peliharaan kita dengan cara yang sama, tapi metode ini juga berhasil pada manusia.)
Kesulitan menemukan imbalan yang cukup luar biasa untuk menyenangkan dirimu sendiri? Coba gunakan “Perangkat Komitmen” sebagai gantinya:
Berikan kawanmu, atau sumbangkan pada yang membutuhkan 100 ribu rupiah bila rencana harianmu belum selesai pada pukul 5 sore. Dan tabung bila bisa selesai sebelum pukul 5 sore.
Nah, sampai di sini daftar rencana kita mulai makin emosional.
Kita mulai merasa positif, optimistis, dan ada imbalan atau hukuman. Apa lagi yang kita butuhkan? Bagaimana dengan gangguan, pujian dan rasa bersalah?
3. Dapatkan tekanan dari teman sebaya.
Penelitian menunjukkan tekanan dari teman-temannya justru membantu anak-anak maju ketimbang menyakiti mereka. Dan akuilah, kita ini masih anak-anak dengan tubuh besar, kita lebih sering pura-pura dewasa sepanjang waktu dan itu menyenangkan.
Kelilingi dirimu dengan orang yang menjadi teladanmu, dan itu bisa sedikit mengurangi daftar apa yang harus dilakukan agar menjadi seperti dia.
Via buku Charles Duhigg “The Power of Habit: Why We Do What We Do in Life and Business”:
Ketika orang-orang bergabung dengan sebuah kelompok yang membuat perubahan menjadi mungkin, potensi untuk berubah menjadi lebih nyata.
The Longevity Project, yang meneliti lebih dari 1000 orang dari anak muda hingga yang telah berpulang menemukan fakta ini:
Kelompok yang menjadi asosiasi Anda seringkali menentukan Anda akan menjadi seperti apa. Untuk orang yang ingin meningkatkan kesehatan, bergabung dengan kelommpok orang sehat adalah kelompok yang terkuat dan bisa langsung membawa perubahan.
Jadi kita sudah punya tiga metode. Bagaimana memulai ketiganya?
Sudah punya daftar kegiatan untuk hari ini? Hebat. Itu berarti sesuatu yang paling rasional dan yang harus kita lakukan sekarang adalah berhenti menjadi rasional. Biarkan emosi yang melanjutkan:
1. Berbaik sangka.
2. Dapatkan Imbalan.
3. Temukan tekanan dari kawan sebaya.
Anda bisa melakukannya. Kenyataannya, meyakini dapat melakukan sesuatu adalah sebuah langkah pertama.
Apa hal utama yang menghentikan orang menjadi bahagia? Kebahagiaan bukan bagian dari bagaimana kita melihat diri sendiri sehingga lebih sulit diubah.
Pikirkan diri Anda sebagi seseorang yang memiliki motivasi dan cita-cita, seseorang yang produktif. Penelitian menunjukkan bagaimana orang merasa (bukan melihat) tentang diri mereka sendiri memberikan pengaruh besar pada kesuksesan.
Via The 100 Simple Secrets of Successful People:
Untuk kebanyakan orang yang diteliti, langkah pertama untuk meningkatkan kinerja mereka sama sekali tidak berhubungan dengan pekerjaan itu sendiri, melainkan dengan meningkatkan apa yang mereka rasakan dengan diri mereka sendiri. Bahkan untuk delapan dari sepuluh orang sukses, bagaimana mereka merasakan diri sendiri dalam kinerja pekerjaan lebih penting dari kenerja aktual mereka. – Gribble 2000
Masih merasa sulit menaklukkan kebiasaan menunda? Abaikan dua langkah sebelumnya, langsung ke tahap ketiga. Tekanan dari teman-teman Anda yang siap mengambil keuntungan dari penundaan.