Kisah Pilu Keluarga Inggris Terjebak Banjir Bandang di Valencia: Ketika Liburan Berubah Jadi Bencana
Wartakita.id, Valencia – Rencana liburan penuh keceriaan di Spanyol berubah menjadi mimpi buruk bagi keluarga Whitwell dari Cambridgeshire, Inggris. Bertempat di vila pribadi mereka yang terletak di pegunungan sekitar Valencia, keluarga ini mendadak terjebak banjir bandang yang melanda kawasan tersebut pada Rabu (30/10/2024). Hujan deras yang berlangsung selama delapan jam menyapu kawasan itu dengan intensitas curah hujan setara setahun dalam satu malam.
Diana Whitwell (60), seorang asisten perawatan di Peterborough City Hospital, bersama anak-anak dan cucunya, baru tiba di vila tersebut pada Selasa malam. Mereka tak menyangka bahwa angin badai yang datang justru membawa hujan deras tak tertahankan, menyulap jalan dan halaman vila mereka menjadi aliran deras yang mengancam. “Langit seakan terbuka, air seperti tsunami mengalir turun dari gunung, merangsek ke dalam rumah kami,” tutur Diana mengenang malam yang mencekam itu.
Diana dan keluarganya sudah terbiasa menghadapi badai-badai singkat selama 19 tahun mereka memiliki vila di Spanyol. Namun, kali ini sangat berbeda. Hujan deras disertai badai listrik menghantam tanpa henti selama berjam-jam, hingga air mulai merendam lantai rumah mereka.
Ketika Listrik Padam dan Bantuan Tak Kunjung Datang
Saat kondisi makin memburuk, listrik pun padam, memutus sinyal telepon mereka. Dengan air yang sudah setinggi pergelangan kaki, mereka tak punya banyak pilihan selain mengevakuasi anak-anak ke tempat tidur tingkat. “Anak-anak panik dalam gelap, tak ada lilin, karena tak ada yang mengira badai ini bakal sebesar ini,” kata Diana.
Beruntung, pada Kamis pagi (31/10), kondisi air sedikit mereda. Diana dan keluarganya bergegas mencari makanan, namun sebagian besar jalan menuju toko rusak parah. Setiba di toko, mereka mendapati stok makanan yang nyaris kosong, hanya cukup untuk membawa pulang tiga pizza untuk delapan orang.
Kehabisan Stok Makanan dan Air Bersih
Badai ini telah melumpuhkan akses utama di kawasan Valencia, membuat ratusan kendaraan terjebak, termasuk di jalan tol A3 yang menjadi penghubung utama Valencia dan Madrid. Pada Jumat pagi (1/11), pasokan listrik di vila mulai pulih meski terbatas. “Banyak makanan kami terpaksa dibuang karena tak bisa dimasak selama listrik padam,” ujar Diana.
Di tengah segala keterbatasan, mereka bergantung pada makanan kaleng dan sereal untuk anak-anak. Untuk mencukupi kebutuhan air, Diana dan keluarganya memanfaatkan mata air meluap di dekat vila mereka. “Kami mengambil air sebanyak mungkin dari mata air itu. Sekarang air itu jadi penyelamat hidup kami,” katanya.
Tantangan Banjir Ekstrem di Valencia: Dampak dan Perjuangan Warga
Di saat keluarga Whitwell berjuang bertahan di vila mereka, pemerintah setempat menyatakan bahwa badai dahsyat ini mengakibatkan banjir di seluruh kawasan Valencia, memutus akses jalan, menghalangi jalur bantuan, dan menelan korban jiwa. Perdana Menteri Spanyol, Pedro Sanchez, mengonfirmasi bahwa hingga Sabtu pagi (2/11), sebanyak 211 orang tewas, sementara ratusan lainnya dinyatakan hilang. Pemerintah juga mengerahkan 10.000 tentara tambahan untuk membantu pemulihan dan operasi pencarian korban di lokasi terdampak.
Meski sulit, Diana berusaha menjaga semangat keluarganya. “Saya selalu mencoba melihat sisi positif dari setiap kejadian. Jika sinyal WiFi bertahan, mungkin kami akan mengadakan karaoke kecil dengan iPad malam ini,” ungkapnya dengan nada bercanda.
Tragedi banjir di Valencia meninggalkan banyak cerita duka, namun juga mengingatkan kita akan ketangguhan dan solidaritas dalam menghadapi bencana. Bagi keluarga Whitwell, momen ini mengajarkan mereka pentingnya kebersamaan dan kewaspadaan di tengah perubahan alam yang semakin sulit diprediksi.
Banjir Ekstrem Spanyol: Gambaran Krisis Iklim Global
Banjir besar ini tak hanya berdampak bagi masyarakat Spanyol tetapi juga menjadi perhatian dunia. Organisasi Meteorologi Dunia (WMO), dalam konferensi PBB pada Jumat (1/11), menyatakan bahwa banjir bandang di Spanyol hanyalah satu dari sekian banyak bencana cuaca ekstrem yang terus terjadi di berbagai belahan dunia. “Hampir setiap minggu, kita menyaksikan kejadian-kejadian ekstrem seperti ini,” ungkap Clare Nullis, juru bicara WMO. Ia menambahkan bahwa peningkatan suhu global membuat atmosfer mampu menahan uap air lebih banyak, yang memicu intensitas hujan lebih besar dan meningkatkan risiko banjir.
Laporan dari Panel Antar Pemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) juga menyebutkan bahwa perubahan iklim yang disebabkan oleh aktivitas manusia, termasuk polusi dan kerusakan lingkungan, turut memperparah frekuensi dan intensitas bencana seperti ini. Omar Baddour, Kepala Pemantauan Iklim WMO, menjelaskan bahwa cekungan Mediterania sangat rentan terhadap badai parah dan siklon sepanjang tahun. “Dengan datangnya udara dingin ke wilayah kecil di atas Spanyol, Portugal, Maroko Utara, dan Prancis, terjadi ketidakstabilan atmosfer yang menyebabkan hujan deras dalam waktu singkat,” paparnya.
Kondisi ini mengingatkan kita akan kerentanan lingkungan dan pentingnya upaya mitigasi perubahan iklim. Pemerintah Spanyol menetapkan masa berkabung nasional selama tiga hari sebagai bentuk penghormatan bagi para korban dan upaya pemulihan segera dikerahkan untuk menormalkan kehidupan warga yang terdampak.