Sabtu, 15 November 2025
  • beranda
  • kontak
  • layanan
  • beriklan
  • privasi
  • perihal
WartakitaID
  • 🏠
  • ALAM
  • WARTA
    • #CEKFAKTA
    • HUKUM
    • OLAHRAGA
    • SEPAK BOLA
    • KULINER
    • NUSANTARA
    • PENDIDIKAN
  • GAYA
  • MAKASSAR
  • TEKNOLOGI
  • KONTAK
    • Mari Bermitra
    • Tentang Wartakita
    • Tim Redaksi
    • Kebijakan Privasi
  • TRAKTIR KOPI
No Result
View All Result
WartakitaID
  • 🏠
  • ALAM
  • WARTA
    • #CEKFAKTA
    • HUKUM
    • OLAHRAGA
    • SEPAK BOLA
    • KULINER
    • NUSANTARA
    • PENDIDIKAN
  • GAYA
  • MAKASSAR
  • TEKNOLOGI
  • KONTAK
    • Mari Bermitra
    • Tentang Wartakita
    • Tim Redaksi
    • Kebijakan Privasi
  • TRAKTIR KOPI
No Result
View All Result
WartakitaID
No Result
View All Result
Home Opini

Benteng Aman Para Pencari Selamat: Saat Kritik dan Perbedaan Pendapat Dilindas Atas Nama Stabilitas

Zona nyaman para 'Pemancing di Air Keruh' yang kita ciptakan sendiri

by A. Burhany
02/09/2025
in Opini
Reading Time: 6 mins read
A A
Benteng Aman Para Pencari Selamat: Saat Kritik dan Perbedaan Pendapat Dilindas Atas Nama Stabilitas

Ada sebuah pemandangan yang tak akan pernah saya lupakan selama beberapa tahun diupah sebagai tenaga ahli IT di sebuah balai kota. Pemandangan itu bukanlah tentang kerumitan coding sistem e-budgeting, melainkan sorot mata para pegawai honorer saat pengumuman hasil tes CPNS dibagikan. Ada yang sujud syukur, ada yang lunglai. Bagi mereka, selembar SK Pegawai Negeri Sipil adalah tiket emas menuju dunia yang “aman dan nyaman”.

Dari balik meja saya, saya menyadari sebuah kebenaran fundamental. Pilar-pilar demokrasi yang kita agung-agungkan—Eksekutif, Legislatif, Yudikatif, bahkan Media—ternyata diisi oleh manusia-manusia yang lahir dari rahim perjuangan hidup yang keras. Manusia yang memandang posisi bukan sebagai amanah pelayanan, melainkan sebagai puncak pencapaian pribadi setelah berjuang mati-matian.

Dan di sinilah, saya pikir, sumber dari segala patologi sistemik yang kita hadapi hari ini bermula.

Dari Perjuangan Hidup ke Logika “Cari Aman”

Kita sering geram dengan budaya “Asal Bapak Senang” (ABS) yang membuat laporan di atas kertas selalu hijau dan wangi, sementara kenyataan di lapangan busuk dan penuh masalah. Namun, perilaku ini bukanlah lahir dari kejahatan, melainkan dari logika bertahan hidup. Akibatnya, banyak program-program dan proyek-proyek yang berbasis citra semata, sibuk membangun monumen prestasi pribadi dan institusi, yang tidak menyelesaikan masalah nyata. Menanam citra untuk bertahan dalam benteng, dan atau untuk kembali lagi dalam siklus lima tahunan.

Bayangkan Anda adalah seorang anak desa yang orang tuanya menjual sawah untuk menyekolahkan Anda. Setelah akhirnya berhasil menembus “benteng” dan menjadi seorang ASN, apakah Anda akan mengambil risiko dengan melaporkan bahwa proyek atasan Anda kemungkinan besar akan gagal?

Jawabannya kemungkinan besar tidak. Mengakui kesalahan adalah sebuah kemewahan. Prinsip utamanya adalah: utamakan selamat, bukan utamakan perbaikan. Logika “cari aman” ini menjadi penyakit, menyebar hingga menjadi budaya institusional. Hasilnya? Sebuah pemerintahan yang sibuk dengan manajemen persepsi, bukan manajemen kinerja. Sebuah sistem yang alergi terhadap data yang jujur dan kritik yang membangun.

Empat Pilar Sebagai Benteng Pertahanan Status Quo

Penyakit ini merasuk ke semua lini. Di Eksekutif, ia menjadi standar operasional. Di Legislatif, kursi parlemen yang diraih dengan biaya miliaran harus diamankan, sehingga fungsi pengawasan menjadi sekadar formalitas demi menjaga stabilitas koalisi. Di Yudikatif, karier aparat seringkali bergantung pada kemampuan untuk tidak menciptakan kontroversi, sehingga impunitas institusional menjadi lumrah.

Lalu bagaimana dengan pilar keempat, sang “anjing penjaga”? Seorang kawan jurnalis pernah berkata getir, “Media itu, Mas, pada dasarnya adalah entitas bisnis yang berusaha berdamai dengan idealisme.” Terlalu keras mengkritik berarti siap kehilangan kue iklan dari pemerintah dan akses liputan. Maka, kompromi pun dilakukan. Kesalahan pemerintah seringkali dibingkai sebagai “kekurangan yang perlu dimaklumi”.

Harga yang Kita Bayar: Darah di Balik Stabilitas Semu

Ketika setiap pilar diisi oleh para “pencari selamat”, kita sebagai sebuah bangsa membayar harga yang sangat mahal. Kita mendapatkan stabilitas semu, mengorbankan dinamika belajar dari kesalahan yang mutlak dibutuhkan untuk bertumbuh dan berkemajuan. Negara terlihat tenang, data-data statistik resmi menunjukkan keberhasilan. Namun di bawah permukaan, masalah-masalah fundamental terus bernanah tanpa pernah diobati.

Dan sesekali, nanah itu pecah. Meledak menjadi amarah kolektif di jalanan.

Kita semua menyaksikannya baru-baru ini. Ketika ribuan orang turun ke jalan, membawa tuntutan konkret 17+8 yang lahir dari akumulasi kekecewaan. Jalanan yang tadinya abu-abu kini diwarnai simbol-simbol perlawanan: biru resisten pada ikat kepala mahasiswa, pink lembut jilbab Ibu Ana yang orasinya menggetarkan di hadapan barikade aparat, dan tentu saja, hijau yang paling menyayat hati. Hijau warna jaket ojek online milik Affan, seorang pemuda yang datang untuk bersuara, namun pulang tak bernyawa setelah tubuh ringkihnya digilas roda-roda baja kendaraan taktis.

Peristiwa itu adalah manifestasi paling brutal dari jurang antara “fakta resmi” dan fakta di lapangan. Di dalam benteng-benteng kekuasaan, laporan ABS terus menumpuk, mengklaim kebijakan pro-rakyat dan penyerapan anggaran yang sukses. Namun di jalanan, Affan dan ribuan lainnya merasakan kenyataan yang berbeda—kenyataan yang membuat mereka merasa perlu meninggalkan nafkah sehari-hari untuk berteriak di depan istana.

Lalu, apa respons dari puncak pilar eksekutif setelah nyawa melayang dan fasilitas publik rusak?

Kita mendengar sebuah pidato yang familier. Presiden muncul di layar kaca, dengan wajah prihatin, mengucapkan “duka cita yang mendalam atas jatuhnya korban”. Namun, kalimat berikutnya adalah sebuah manuver klasik untuk menyelamatkan benteng: “Pemerintah sangat menyayangkan aksi anarkistis dan perusakan fasilitas umum yang vital bagi masyarakat. Diduga kuat aksi ini telah ditunggangi oleh oknum-oknum yang ingin menciptakan kekacauan.” Di akhir, sebuah perintah normatif diberikan, “Saya telah memerintahkan aparat untuk mengusut tuntas pelaku kerusuhan sesuai prosedur hukum yang berlaku, dan mengimbau masyarakat untuk tenang serta tidak terprovokasi.”

Dengarkan baik-baik apa yang tidak dikatakan dalam pidato itu. Tidak ada pengakuan sedikit pun bahwa demonstrasi itu adalah akibat dari kebijakan yang gagal dan statemen-statemen nir-empati para pejabat dan wakil rakyat (katanya) sambil flexing kehedonan. Tidak ada pembahasan mengenai akar masalah dari tuntutan 17+8 itu. Tidak ada introspeksi.

Narasi resmi telah diciptakan: Affan bukan korban kegagalan negara dalam mendengar aspirasi, melainkan korban dari “kerusuhan”.

Ibu Ana bukan representasi suara ibu pertiwi yang terluka, melainkan bagian dari “massa yang terprovokasi”.

Tuntutan mereka yang konkret direduksi menjadi “aksi anarkistis”.

Ini adalah puncak dari keengganan mengakui kesalahan—sebuah mekanisme pertahanan diri yang mengorbankan kebenaran demi menjaga citra “aman dan terkendali”.

BACA JUGA:

Alhamdulillah, Dua Guru Luwu Utara yang Dipecat Direhabilitasi Presiden Prabowo

Palu Keadilan yang Mengorbankan Pahlawan: Tragedi Abdul Muis dan Gagalnya Hati Nurani dalam Sistem Hukum Kita

Antasari Azhar dan Gema Palu Hakim yang Tak Pernah Padam

Ambisi Rp48,8 Triliun Prabowo di IKN: Akselerasi Pembangunan atau Pertaruhan Fiskal?

Ekonomi RI Q2-2025 Tumbuh 5,12%, Sinergi ‘Gaya Koboi’ Purbaya dan Efisiensi Infrastruktur Jadi Penopang

Saatnya Merobohkan Benteng Keamanan dan Kenyamanan Semu Masing-Masing

Sebagai seorang praktisi IT, saya tahu betapa berbahayanya sistem yang tidak memiliki mekanisme error reporting. Sistem seperti itu akan terus berjalan memproses data sampah, hingga suatu saat ia akan crash dan menyebabkan kerusakan total. Negara kita saat ini berjalan seperti itu.

Kematian Affan dan warna-warni perlawanan di jalanan bukanlah “gangguan keamanan”. Ia adalah sebuah fatal error message yang dikirimkan oleh rakyat. Pesan bahwa sistem yang dibangun di atas logika “cari aman” para penghuninya sudah tidak lagi bisa menopang dirinya sendiri.

Lantas, apakah kita harus menyalahkan individu-individu di dalam benteng itu? Mungkin tidak sepenuhnya. Mereka adalah produk dari sebuah sistem sosial-ekonomi yang menjadikan posisi di pemerintahan sebagai satu-satunya tiket menuju kehidupan yang terjamin.

Jalan keluarnya pun bukan sekadar meneriakkan slogan. Kita perlu membangun sebuah ekosistem di mana kesejahteraan dan rasa aman tidak hanya terkonsentrasi di dalam pilar-pilar demokrasi.

Hanya dengan begitu, posisi di dalam pemerintahan bisa kembali ke fitrahnya: bukan sebagai tempat mencari selamat, melainkan sebagai ladang pengabdian. Sampai hari itu tiba, benteng-benteng itu akan tetap kokoh berdiri, menara gading yang tuli. Dan di luarnya, akan selalu ada jaket-jaket hijau lain yang siap menjadi martir, menagih janji kemajuan yang tak kunjung tiba.

Tags: Birokrasi IndonesiaBudaya ABSBudaya Cari AmanDemokrasi IndonesiaesaiFungsi PengawasanIndonesianaKeengganan Mengakui KesalahanKepercayaan PublikKritik Pemerintahnalar wargaOpini PolitikPilar DemokrasiRedaksianaStabilitas Semuwartakita
Share11Tweet7Send
Diskon Referral 20% Cloud Professional Hostinger Diskon Referral 20% Cloud Professional Hostinger Diskon Referral 20% Cloud Professional Hostinger

ARTIKEL TERKAIT

Alhamdulillah, Dua Guru Luwu Utara yang Dipecat Direhabilitasi Presiden Prabowo

Alhamdulillah, Dua Guru Luwu Utara yang Dipecat Direhabilitasi Presiden Prabowo

13/11/2025
Palu Keadilan yang Mengorbankan Pahlawan: Tragedi Abdul Muis dan Gagalnya Hati Nurani dalam Sistem Hukum Kita

Palu Keadilan yang Mengorbankan Pahlawan: Tragedi Abdul Muis dan Gagalnya Hati Nurani dalam Sistem Hukum Kita

12/11/2025
Kopral Azmiadi dan Kisah Pelayanan Tanpa Batas: Ketika Seragam Melebur dalam Pengabdian Tulus

Kopral Azmiadi dan Kisah Pelayanan Tanpa Batas: Ketika Seragam Melebur dalam Pengabdian Tulus

21/10/2025
Makassar dan Denyut Kegelisahan Bangsa: Mengurai Kerusuhan Serentak 2025

Makassar dan Denyut Kegelisahan Bangsa: Mengurai Kerusuhan Serentak 2025

31/08/2025
Ketika Jalanan Menjadi Saksi Pepatah: “Karena Mulut Badan Binasa”

Ketika Jalanan Menjadi Saksi Pepatah: “Karena Mulut Badan Binasa”

29/08/2025
Jolly Roger di Bawah Merah Putih: Perlawanan Simbolik atau Salah Paham Kebangsaan?

Jolly Roger di Bawah Merah Putih: Perlawanan Simbolik atau Salah Paham Kebangsaan?

08/08/2025
Qurban dan Keberanian Melepaskan yang Kita Cintai

Qurban dan Keberanian Melepaskan yang Kita Cintai

06/06/2025
#MayDay Bagaimana Digitalisasi Mengubah Nasib Buruh Indonesia: Antara Peluang dan Ancaman

#MayDay Bagaimana Digitalisasi Mengubah Nasib Buruh Indonesia: Antara Peluang dan Ancaman

01/05/2025

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

I agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.

TERPOPULER-SEPEKAN

  • Palu Keadilan yang Mengorbankan Pahlawan: Tragedi Abdul Muis dan Gagalnya Hati Nurani dalam Sistem Hukum Kita

    Palu Keadilan yang Mengorbankan Pahlawan: Tragedi Abdul Muis dan Gagalnya Hati Nurani dalam Sistem Hukum Kita

    22 shares
    Share 9 Tweet 6
  • Kontroversi Gelar Pahlawan Nasional Soeharto: Protes HAM Warnai Keputusan Prabowo di Hari Pahlawan 2025

    22 shares
    Share 9 Tweet 6
  • Mengupas Tuntas Bobibos: BBM Nabati RON 98 Viral dari Jerami, Harga Rp4.000-an, Tapi Amankah?

    20 shares
    Share 8 Tweet 5
  • 10 Model Rambut Pria yang Cocok Untuk Menutupi Pipi Chubby 💈✂️

    3639 shares
    Share 1456 Tweet 910
  • Operation Endgame: Pukulan Telak 11 Negara yang Menumbangkan 1.025 Server ‘Pabrik’ Malware Global

    19 shares
    Share 8 Tweet 5
  • Pendidikan Anti-Korupsi di Sekolah: Membangun Generasi Jujur Sejak Usia Dini

    32 shares
    Share 13 Tweet 8
  • Alhamdulillah, Dua Guru Luwu Utara yang Dipecat Direhabilitasi Presiden Prabowo

    18 shares
    Share 7 Tweet 5
  • Ketika Anak Muda Menulis Ulang Wajah Pertanian Indonesia dengan Drone, Data, dan Determinasi

    478 shares
    Share 186 Tweet 116
  • Kode CMD Untuk Mempercepat Kinerja Laptop

    332 shares
    Share 133 Tweet 83
  • Diet Sehat: Olahraga dan Makanan

    353 shares
    Share 141 Tweet 88

WARTAKITA

Apple Mengizinkan Emulator PS1 di App Store
Gadget

Apple Mengizinkan Emulator PS1 di App Store

18/08/2024
Img 0723
Makassar & Sulsel

GMSSB, Danny Pomanto: Jaga Demokrasi dan Hindari Intimidasi Jelang Pilkada

24/11/2024
#CekFakta “AKHIRNYA!! DUNIA SETUJUI VAKSIN NUSANTARA”
Cek Faktanya

#CekFakta “AKHIRNYA!! DUNIA SETUJUI VAKSIN NUSANTARA”

23/07/2021
Ajak Perwakilan KPK dan LKPP Keliling Galeri Balaikota, Danny Perkenalkan Wajah Kota Makassar Hulu Hingga Hilir
Makassar & Sulsel

Ajak Perwakilan KPK dan LKPP Keliling Galeri Balaikota, Danny Perkenalkan Wajah Kota Makassar Hulu Hingga Hilir

08/04/2019
Sebut Market Besar Ada di Sulsel, Wawali Makassar Hadiri Road Show Si.Se.Sa
Makassar & Sulsel

Sebut Market Besar Ada di Sulsel, Wawali Makassar Hadiri Road Show Si.Se.Sa

28/05/2023
Ztylus Case Punya Empat Lensa Kamera Berbeda Dalam Satu Chasing
Gadget

Ztylus Case Punya Empat Lensa Kamera Berbeda Dalam Satu Chasing

29/05/2017
Oknum Dishub Makassar Diamankan di Polres Gowa
Makassar & Sulsel

Oknum Dishub Makassar Diamankan di Polres Gowa

09/05/2020
Salah Posisi Tidur Bikin Kulit Menua Lebih Cepat, Apa Iya?
Fashion & Kecantikan

Salah Posisi Tidur Bikin Kulit Menua Lebih Cepat, Apa Iya?

28/01/2024
Wartakita Ilustrasi Letusan Gunung Lewotobi
Alam dan Lingkungan Hidup

Evakuasi Darurat! Erupsi Terbesar Gunung Lewotobi di Flores Timur, Kolom Abu Mencapai 5 Kilometer

07/11/2024
gotze resmi pulang ke dortmund setelah menghabiskan tiga musim di bayern munich.
Olahraga

Gotze resmi pulang ke Dortmund setelah menghabiskan tiga musim di Bayern Munich.

22/07/2016
Posko Covid 24 Jam Segera Di Buka, Danny Pomanto Minta Semua Pihak Bekerja Maksimal
Makassar & Sulsel

Ini Usulan Wali Kota Makassar Agar Tak Ada Kerumunan Saat Bencana

28/05/2022
Bursa Bergejolak, OJK dan Pengamat Bicara Soal 'Aksi Tutup Mulut'
Ekonomi dan Bisnis

Simak Kiat OJK Cara Transaksi Keuangan Digital dengan Aman

05/04/2024
Analisis Rencana Anggaran 2026: Sektor Mana yang Jadi Prioritas Pemerintah?
Nasional

Pemerintah Resmikan Proyek Palapa Ring Integrasi, Akses Internet Cepat Makin Merata

11/09/2025
MSI Raider GE68 HX 14VIG 421ID: Laptop Gaming Monster dengan Performa Super
Gadget

MSI Raider GE68 HX 14VIG 421ID: Laptop Gaming Monster dengan Performa Super

10/08/2024
Danny Serahkan Zakat ASN Kota Makassar Ke Baznas
Makassar & Sulsel

Danny Serahkan Zakat ASN Kota Makassar Ke Baznas

24/04/2022
#CekFakta Pembersih Alat Rapid Test Corona Bisa Sebabkan Kanker
Cek Faktanya

#CekFakta Pembersih Alat Rapid Test Corona Bisa Sebabkan Kanker

09/04/2021
Load More
  • beranda
  • kontak
  • layanan
  • beriklan
  • privasi
  • perihal

©2021 wartakita media

WartakitaID
  • Login
No Result
View All Result
  • 🏠
  • ALAM
  • WARTA
    • #CEKFAKTA
    • HUKUM
    • OLAHRAGA
    • SEPAK BOLA
    • KULINER
    • NUSANTARA
    • PENDIDIKAN
  • GAYA
  • MAKASSAR
  • TEKNOLOGI
  • KONTAK
    • Mari Bermitra
    • Tentang Wartakita
    • Tim Redaksi
    • Kebijakan Privasi
  • TRAKTIR KOPI

©2021 wartakita media

wartakita.id menggunakan cookies tanpa mengorbankan privasi pengunjung.